UN ALT FEL (Yang Berbeda)

G. Cha
Chapter #13

Bagian 13

Malam itu Zolenor dan empat anggotanya kembali ke ruang kerja Riocless. Sang tuan rumah sudah berada di sana, raut wajahnya penuh kegelisahan. Memang, jika Noa ingin pergi itu bukan kesalahan Zolenor, tapi keberadaannya telah memberikan jalan untuk Noa pergi. Apakah Zolenor mau menerima Noa? Pikiran Riocless terasa keruh. Mereka kembali duduk untuk merundingkan jual-beli itu.

“Kami akan menurunkan harganya.” ucap Maya, “Kalian bisa membayar delapanpuluhlima persen dari harga yang kami tawarkan.”

Zolenor tersenyum, “Baiklah, sepertinya kalian sudah sangat mempertimbangkan hal itu. Aku yakin kalian benar-benar membutuhkan uang ini.”

“Apa kau setuju?” tanya Riocless.

“Aku setuju.”

Riocless agak terhenyak dari kursinya, ini lebih mudah dari yang dipikirkannya dari tadi, selintas senyum mengembang dari sudut bibirnya.

“Baiklah. Maya, buatkan surat bukti jual-beli dengan barang dan harga yang kita sepakati bersama.”

“Baik Riocless.”

Riocless sejenak menunggu kalau-kalau Zolenor ingin membicarakan tentang Grainoa Arnwill. Tapi yang ia lakukan hanya menatap keluar jendela, sedangkan anggotanya saling berbincang sembari menunggu Maya menyerahkan kertas persetujuan jual-beli.

Riocless tak mungkin menanyakannya lebih dulu, tapi rasa penasaran menggelayutinya. Sekitar lima menit kemudian Maya menyerahkan kertas itu dan langsung ditandatangani oleh Zolenor. Eight juga menyerahkan jumlah uang yang sudah disetujui.

Barang-barang akan diangkut besok pagi bersamaan dengan kepulangan mereka ke Monumen Herios. Setelah itu, Zolenor dan anggotanya undur diri untuk melihat-lihat suasana di sekitar Gedung Slashig. Riocless tak bisa menahan atau memaksnya berbicara, jadi dia mempersilkan Zolenor dan anak buahnya keluar.

*****

Valz mengantarkan rombongan itu, tapi wajahnya terus-terusan murung memikirkan Noa yang secara langsung meminta untuk diterima di Monumen Herios. Eight mendekati Valz.

“Hei! Kenapa wajahmu murung begitu? Tadi saat kami datang kau terlihat sangat antusias....” sindirnya.

Valz menatap pria dengan seringai menyebalkan itu, sejujurnya dirinya menyukai rombongan Zolenor, tapi ia tetap tidak suka jika Noa harus pergi bersama mereka.

“Apa kalian akan membawa Noa pergi?” tanya Valz dengan polos.

“Maksudmu gadis yang tadi?” Eight masih menyeringai.

“Iya. Grainoa Arnwill. Gadis yang tadi siang meminta bergabung dengan kalian.”

“Entahlah. Keputusan ada di tangan Zolen.” kata Eight sembari melihat Zolenor dari belakang.

“Katakan padanya untuk menolak Noa.” pinta Valz.

“Kau itu siapanya gadis itu, hingga harus mengatur hidupnya?” tanya Eight yang kemudian memainkan pistolnya.

“Aku.…”

“Kalau kau bukan keluarganya, lebih baik diam saja.”

Valz menggigit bibirnya. Dia siapanya Noa? Tentu bukan siapa-siapa. Hanya sebatas teman... atau kenalan. Tapi Valz sangat peduli padanya, pada yang lainnya juga.

Malam sangat pekat, dan bulan bersinar sangat cerah. Zolenor terlihat menikmati suasana malam ini. Sementara anggotanya bergerombol di belakang, duduk di atas puing bangunan dan menyalakan rokok yang masih diproduksi secara manual.

Zolenor menghirup napas dalam-dalam. Lalu ia berbalik dan mendapati seseorang di jendela lantai atas. Ia menatap sosok itu tanpa ekspresi, bahkan anggota yang berada di dekatnya tak menyadari kalau Zolenor sedang menatap seorang gadis dengan tatapan liar dan penuh harapan. Noa hanya berdiri di belakang jendela kamar Maya dan memandangi kumpulan orang-orang di bawah.

Sekitar pukul sebelas malam mereka kembali masuk untuk beristirahat. Zolenor sekali lagi memandang ke arah jendela, tapi gadis itu sudah tidak ada. Gadis yang aneh, pikir Zolenor. Padahal Slashig merupakan salah satu tempat paling nyaman dalam keadaan sekarang ini, banyak bahan makanan, persenjataan, dan tempat untuk tidur. Tapi kenapa gadis yang dipanggil Noa itu justru berharap bergabung sebagai anggotanya?

Zolenor masuk paling belakangan. Dia meminta semua orang masuk terlebih dahulu. Di luar masih ada beberapa Vanator yang bertugas jaga. Di antara malam itu, Zolenor memandangi bayangan dirinya yang memantul dari kaca hitam jendela paling bawah. Kulit putih itu membuat dirinya tak ubahnya seperti vampir. Dia juga tak tahan dengan sinar matahari. Kulit yang terlampau putih itu membuatnya kesulitan bergerak bebas seperti orang lainnya. Kulitnya lebih mudah terbakar dan memerah dibanding anggotanya, terlalu sensitif dan ia benci itu.

Lihat selengkapnya