Setelah berlatih sekitar dua jam, Vanator yang beristirahat juga sudah kembali, ia menuju kamar kakeknya. Seperti biasa, Pendeta Aiden memberikan do'a paginya sebelum memulai beraktivitas dengan yang lain. Istri Pendeta Aiden, Neyra Brown membawakan sarapan di atas nampan kecil.
Riocless menemani kakeknya sampai selesai makan, ia yang menyuapinya. Kakeknya belum terbiasa bergerak dengan satu tangan. Ya, tangannya telah diamputasi atas permintaan Riocless beberapa waktu lalu. Pria penuh perhatian itu tak bisa membiarkan kakeknya menanggung beban lagi, terlebih di usianya yang sudah serenta ini.
“Rio... ambilkan buku di laci rak nomor tiga. Kuncinya ada di laci nomor satu, di belakang pigura foto.”
Riocless menuruti kakeknya dan mencari apa yang diminta sang kakek dalam keremangan cahaya. Di laci pertama ia menemukan foto dalam pigura kecil, di dalam foto itu ada kakeknya yang lebih sehat dan lebih muda, lalu dirinya, Alozel Arnwill dan Grainoa yang masih kecil.
Foto itu diambil saat kakeknya mencanangkan pembentukan Erata Nuos, tempat tinggal bagi para manusia yang tak lagi memiliki tempat tinggal. Itu foto sebelum mereka bertemu Everryn Heylden, seorang gadis cantik yang menawarkan diri untuk membasmi vampir, di saat yang lain kehilangan nyali karena banyaknya orang hilang dan tewas.
Riocless tak tahu kalau kakeknya menyimpan foto itu. Perlahan ia membalik pigura dan mendapati kunci kecil berwarna perak tertempel di belakangnya. Riocless menoleh kembali pada kakeknya, meyakinkan diri atas apa yang sedang dilakukannya.
“Buka lacinya dan bawa bukunya kemari.” pinta sang kakek.
Riocless membuka laci rak nomor tiga dan mendapati sebuah buku bersampul hitam. Ia langsung kembali ke samping ranjang, menyerahkan benda itu pada kakeknya.
“Apa ini kek?” Riocless mencari tahu.
Kakek Riocless membuka halaman demi halaman tanpa menjawab pertanyaan cucunya, lalu berhenti, tersenyum dan bersedih.
"Simpan jurnalku ini. Tapi jangan membacanya sekarang."
"Kenapa?"
"Bukankah kau harus ke Erata Nuos?" Kakeknya mengingatkan.
"Ya. Benar."
Riocless memasukkan jurnal kecil itu dalam saku paha. Masih ada waktu setengah jam untuk menemani kakeknya. Hari ini kakek tidak banyak bicara, hanya sesekali mengingat-ingat rumah mereka sebelum nuklir menghancurkannya menjadi debu.
*****
Sedari pagi, Riocless dan Dreath sudah sampai di Erata Nuos. Festival Tengkorak tahun ini mungkin akan berbeda. Ini adalah hari di mana para warga berkumpul di alun-alun kota, membuat patung tengkorak besar beserta taringnya dari bahan-bahan yang ada. Memasak berbagai makanan, menuang berbagai minuman. Lalu di akhir acara, mereka membakar patung dari ranting dan bahan bekas itu.
Tapi karena banyak waktu terbuang untuk membangun pagar, mereka hanya akan mengadakan acara makan-makan dan membuat api unggun kecil di penutupan acara. Ini adalah satu-satunya hiburan yang bisa mereka lakukan bersama di tengah ketakutan mereka sebagai mangsa vampir.
Sekumpulan ibu-ibu mulai memasak berbagai jenis makanan yang diawasi ketat oleh Dreath Hall. Ia bertugas menjadi pengawas agar acara makan-makan tidak jadi berlebihan dan sia-sia. Meski kadang para ibu itu merengut karena Dreath sering melarang ini itu, mereka cukup senang karena pria bertato itu terampil membantu mengolah makanan.
Para laki-laki menata meja memanjang, beberapa menata api unggun di tengah alun-alun. Sempat ada cekcok saat penataan api unggun, tapi Riocless dengan sigap menengahi, tidak ada yang perlu diributkan karena semua juga lelah. Pria yang selalu berseragam itu mengingatkan agar mereka mengerjakan tugas masing-masing tanpa perlu mencampuri tugas yang lain.
Warga kota bersuka-cita, menjelang sore semua tugas sudah selesai. Kini waktunya mereka berbersih diri dan segera memulai Festival. Sekitar satu jam kemudian acara dimulai, Riocless memimpin semua orang untuk berdo'a lebih dulu, entah apa pun kepercayaan mereka. Riocless tak pernah mempermasalahkannya.