Un-Human Book. 1

P.W.Herlambang
Chapter #3

Alasan

Sosok tersebut telah berada di lokasi pertempuran, di depan para warga bersenjata, dan dikelilingi oleh sebagian besar warga lainnya. Ia melihat Kairnt yang sedang mendongak ke arahnya. Ia juga melihat Bapak Garpu Tala yang terjungkal di depannya.

“Kalian bersemangat sekali ya hahahaha” ucapnya diwarnai tawa.

“Namun semangat kalian inilah yang membuat kalian lupa dengan ajaran Mudrost, iyakan Ireim?” lanjutnya.

Terlihat para warga menunduk mendengar nama itu, pemuda yang tersungkur, yang diketahui bernama Ireim pun berbalik, melihat seorang itu sebentar dan menunduk.

Mudrost, adalah Dewa Kebijaksanaan, seorang Makhluk Agung yang mereka sembah di Desa ini. Ajaran ini berisi tentang kebaikan hati, kesabaran dan kebijaksanaan, serta melawan kejahatan.

Masih ditemani hujan yang membasahi, ia berkata.

“Ireim, menurutmu menghajar makhluk yang telah menyerah merupakan langkah yang bijaksana?” 

“Teman-teman, bukankah melihat dan membiarkan makhluk yang tidak berdaya merupakan sebuah kejahatan?” Seluruh warga terdiam, lidahnya kelu, tak mampu berkata-kata. Sosok tersebut mengulurkan tangan ke arah Kairnt dan membantunya berdiri.

“Kalian kembalilah ke rumah, bersihkan diri dan meminta maaflah kepada Mudrost, untuk hal ini, izinkan aku untuk yang menyelesaikan, sebagai Kepala Desa.” ucapnya dengan tenang. Ia memapah Kairnt menuju kediamannya, diteruskan dengan para warga kembali ke rumah masing-masing. Terlihat Mevir tenang diterpa hujan dan mengambil barangnya yang dibawa oleh Kairnt, dan pulang ke rumahnya.


Kairnt dan sang Kepala Desa telah berada dalam huniannya. Terlihat interior yang sederhana, dengan meja makan berkursi empat, tempat peribadatan dengan sebuah patung berdiri tegak disana, dan tungku perapian yang menghangatkan seluruh ruangan. Terlihat bara api yang berisi dengan kayu sebagai bahan bakarnya, masih panjang, serasa baru dinyalakan. Saat ini Kairnt duduk di sebuah area khusus, kosong, hanya berisi beberapa bantal, seperti yang ia duduki saat ini, dan basah karenanya. Ia ditinggal sendiri karena sang Kepala Desa mengganti pakaiannya.

Lihat selengkapnya