Un-Human Book. 1

P.W.Herlambang
Chapter #7

Hasil (2)

Saat ini Kairnt berada di atas tempat tidur. Di sisi kanannya ada sebuah meja kecil yang sekarang jadi tempat ia menaruh Crossbow dari Hemia. Ia bingung, bagaimana caranya ia tidur, terakhir waktu ia tertidur yaitu ketika di pantai, namun bagaimana asal mulanya. Waktu bersama Hemia, ia pun harus di utak-atik dulu sebelum tidur, itu pun bukan tidur karena ia masih bisa melihat dan mendengar walaupun samar serta tidak dapat bergerak.

Ia mencoba memejamkan matanya. Menggulingkan badannya ke kiri dan kanan, gagal. Sunyi sekali, hanya terdengar suara burung dari luar, dan detikan jam dinding yang saat ini pada pukul 21.30. Jika pun ia keluar rumah, pasti sendirian. Akhirnya ia berinisiatif untuk mencoba mengingat kembali awal dari semua ini. Ia masuk ke ingatan dimana seorang Bapak Tua berkata bahwa “Namamu adalah Kairnt Steelskin”. Namun, hanya terhenti di situ saja, dan berulang-ulang. Kairnt tak dapat mengingat apapun selain ingatan itu.

Ia menyerah, membuka mata, melihat jam dinding, dan menunjukkan pukul 02.30. Ternyata, selama lima jam terakhir ia tertidur, atau tidak, ia pun tak tahu. Ia terdiam memandangi langit-langit kamar. Bosan dan tidak tahu ingin berbuat apa, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke desa.

Kairnt keluar dari kamar dan menutup pintunya. Ruangan gelap, semua lampu dimatikan, hanya ada satu cahaya kecil dari perapian. Tak disangka, ternyata Flugel sudah terbangun dan berdoa di tempat peribadatan.

“Kairnt, apakah kau tidur nyenyak?” tanyanya sambil berbisik, namun pandangan masih tertuju pada patung di depannya.

“Iya Flugel terima kasih atas keramahanmu” jawabnya juga sambil berbisik, sembari menoleh ke arah Flugel.

“Aku ingin berjalan-jalan ke Desa sebentar” lanjut Kairnt.

“Baiklah, tapi jangan keluar desa ya, monster disini lebih berbahaya di malam hari” Jawab Flugel

“Baiklah” Jawab Kairnt. Diteruskan berjalan perlahan ke arah pintu, membuka dan menutupnya dari luar. Flugel melanjutkan peribadatannya, ditemani cahaya dari perapian yang hangat.

Kairnt berdiri di teras rumah Flugel, dan melihat sekelilingnya. Diantara seluruh bangunan yang redup karena lampu dimatikan, ternyata ada sebuah bangunan cukup besar yang lampunya menyala dengan terang. Ia berinisiatif pergi kesana, sebagai cara agar mengakrabkan diri dengan warga desa, satu per satu, dimulai dari pemilik bangunan itu, pikirnya. 

Kairnt berjalan menembus angin malam yang dingin, ditemani rembulan dan bintang yang setia berdiam di langit dan memancarkan keindahannya. Terkadang tangan Kairnt memeluk tubuhnya sendiri agar terasa hangat. Sepertinya pemilik bangunan ini tersadar akan kehadiran Kairnt, dengan lambaian tangan ke arahnya. Pemilik bangunan ini memiliki perawakan sekitar kurang lebih 35 Tahunan dengan rambut pendek yang dihiasi dengan bandana, dan memakai pakaian hangatnya.

“Ah Kairnt ya? Ada perlu apa kesini?” tanyanya sambil membenarkan baju hangatnya.

Lihat selengkapnya