Kairnt berjalan menuju rumah Flugel karena diajak oleh Stou untuk menemui Rotmiir sang Pandai Besi. Ketika hampir sampai rumah Flugel, terlihat Stou keluar dari rumahnya dengan segala perlengkapannya, dan Crossbow milik Kairnt. Kairnt mendekatinya, dan Stou mengetahuinya.
“Oh, selamat pagi Paman Kairnt, kata Ayah Paman pagi buta sudah pergi ya? Oh iya, ini Crossbow mu paman, kuambil dari kamar” tanya Stou, sembari menyerahkan Crossbow.
“Pagi Stou, iya aku bantu Mardudd mengangkat barang-barangnya. Katanya dia mau buka kembali kedainya” jawab Kairnt sambil menunjuk Kedai milik Mardudd. Sembari mereka berdua mulai berjalan kearah Pandai Besi dengan tangan menggenggam crossbow.
“Seriusan? Baguslah kalau begitu, soalnya Kedai miliknya sering jadi tempat bagi warga maupun petualang saling berbagi informasi. Selain itu, dia punya minuman terenak di desa ini yang terbuat dari…” Ucap Stou, Kairnt menimpali pernyataan Stou.
“Campuran dari sari gandum, jahe, serbuk kayu manis, dan bumbu lainnya, dicampur serta dikocok menjadi satu” ucapnya bersamaan.
“Wah Paman sudah mencobanya ya? Lain kali bisa kita minum bersama di Kedai” ajak Stou
“Boleh, kalau kedainya sudah mulai buka ya” jawab Kairnt.
Percakapan seru membuat perjalanan tak terasa, sehingga mereka sudah berada di depan Pandai Besi milik Rotmiir, yang juga menjual segala macam senjata disana.
“Yak baiklah, kita sudah sampai. Ayo masuk.” Ajak Stou, dia membuka pintu Pandai Besi tersebut. Terdengar suara lonceng yang bergerak karena pintu yang terbuka. Terlihat seorang Dwarf berada di tempat kerjanya, sedang menempa besi panas di hadapannya dengan capitan di tangan kiri dan palu ditangan kanannya. Terlihat keringat membekas di baju katunnya yang melindungi bagian dada kebawah, memperlihatkan kedua tangannya yang kekar dan keras. Ia menoleh ke arah Stou dan Kairnt.
“Paman Rotmiir! Aku butuh anak panah 100 biji!” teriaknya.
“Yo Stou, bentar!” ucapnya sembari meletakkan besi panas, lalu mencuci tangan dan mengelapnya dengan sebuah kain disana. Terlihat ia terbangun dari duduknya dan mendekati etalase tokonya. Toko ini memiliki Empat wilayah yang berbeda, Etalase toko sebagai tempat transaksi, berisi bermacam-macam senjata, mulai dari berbahan dasar kayu hingga besi, juga Armor dengan beragam bahan tersedia bagi ujung kepala hingga kaki. Ruang kerja yang berisi dengan sebuah tungku api yang sangat panas, tatakan besi, beberapa palu dan peralatan lainnya. Tempat latihan, dimana didalamnya terdapat beberapa target dummy yang terbuat dari jerami yang dibentuk selayaknya menyerupai manusia, yang didesain untuk senjata jarak dekat maupun jauh, dan satu ruangan lagi yang terpisah oleh dinding dan pintu. Dibalik semua barang dan peralatan yang ada, terlihat toko ini bersih dan rapi, sepertinya terawat baik di tangan Rotmiir.
“Satu Gold” ucapnya sambil meletakkan anak panah ke atas etalase.
“Kenapa kau bawa rongsokan ini?” lanjutnya bertanya.