Larrick yang menyadari hanya tersisa satu musuh di sekitarnya. Dia mencoba mendekatinya dengan cepat namun tanpa suara. Sayangnya, Handar putih itu menyadarinya dan berhasil menghindari serangan dua belati dari Larrick. Tsibil yang ternyata mengikuti Larrick dari belakang dengan sudah mempersiapkan Rapiernya langsung menusuk ke arah paha sebelah kanan Handar. Karena terfokus pada Larrick, Handar putih tak sempat menghindar.
“Ha!” seru Tsibil sambil menarik Rapier miliknya. Terlihat darah segar mengucur dari bekas tusukannya.
Hemia dengan merangkak mencoba kabur dari Handar putih itu, dirasa berjarak cukup jauh. Hemia duduk, sambil berusaha membetulkan nafasnya. Saat itu dia melihat Kairnt dengan tangan kiri yang menggantung mendekat ke Handar putih dan berusaha menebasnya, namun sayangnya gagal. Presisi-nya kurang ketika menebas dengan satu tangan.
Larrick berusaha menyerang dengan kedua belatinya, dia berniat untuk menjadikan satu serangannya merupakan serangan tipuan. Berhasil! Satu serangannya berhasil dihindari, namun satu tebasan belatinya berhasil melukai pinggang Handar putih.
“Kalian sungguh menyebalkan!” seru Pemimpin Handar yang terlihat sangat sekarat.
Tsibil yang ternyata sudah menyarungkan kembali Rapiernya. Tidak disadari oleh si Pemimpin Handar, ia melompat dan mengarahkan tangannya di dekat dada Handar putih itu.
“Burning Hands” ucap Tsibil. Api yang keluar dari telapak tangannya membakar dada Pemimpin Handar yang telah sekarat menerima beberapa serangan itu.
“AAAAAAAAAA!!!!!” raungan Handar itu memenuhi seisi hutan di sekitarnya. Tak lama suaranya menghilang beserta tubuh besarnya menghempas lantai hutan, jatuh tak bernyawa.
Keempat petualang yang telah memastikan pertarungan sudah selesai, merebahkan dirinya di lantai hutan dengan sedikit sinar matahari yang menembus, walaupun begitu terlihat jelas genangan darah membasahi lantai hutan itu. Setelah beberapa saat beristirahat, Hemia berdiri dan mulai mendekati Kairnt yang sedang duduk menatap jasad Handar putih.
“Kairnt..."
“Kamu tak apa? Bagaimana perasaanmu?” tanya Hemia duduk di sebelah Kairnt.
“Aku tidak apa-apa Hemia”
“Oh ya kerja bagus Hemia, terima kasih atas kerja kerasmu” jawab Kairnt.