Deburan ombak kencang terdengar riuh, hujan deras dan hembusan angin kencang juga meramaikan suasana hati Kairnt yang kosong serta sunyi. Ia telah berdiam diri seperti ini selama tiga hari dari kepulangannya membasmi para Froskur yang mendiami Bangunan Terbengkalai dan mendapat julukan ‘Pahlawan’ karenanya. Namun, dibalik kegigihan dan kehebatannya membasmi para Froskur yang menghantui para penduduk desa, ia hanyalah makhluk tua yang lemah dan ringkih jika dihadapkan dengan rasa bersalah yang dimilikinya. Ditemani pedang besarnya ia duduk menerjang hujan menatap lautan badai ganas yang siap menelannya setiap saat jika ingin.
Beberapa jam berlalu, angkasa sudah tidak memperlihatkan taringnya. Tersisa hembusan angin dan awan mendung yang menemani Kairnt dalam duduknya. Terlihat di belakang Kairnt, seseorang menghampirinya dan langsung duduk di sebelahnya.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya sosok itu.
“Flugel” ucapnya tanpa menoleh pada sosok itu. Ia ingat dengan warna suara sosok yang selalu mendatanginya selama tiga hari kebelakang ini.
“Aku, merasa kalah” jawab Kairnt.
“Aku paham perasaanmu, sangat paham sekali” balas Flugel. Angin berhembus kencang menerpa dua sosok ini.
“Kau boleh terhanyut dalam situasi ini, sangat boleh sekali”
“Namun, saat ini bukanlah waktu yang tepat”
“Aku mendengar cerita dari Larrick jika kau mendapat informasi berharga dari seorang Dwarf bernama Thalmund”
“Aku juga mendengar dari Galahad, Half-Elf yang sangat rupawan itu bahwa kau juga mendapat informasi dari Skel, komandan Froskur yang di akhir hayatnya melontarkan itu bersamaan dengan sumpah serapah bagi Meka dan Mithral Factory” cerita Flugel. Kairnt yang mendengar itu mengingat kembali dengan jelas kala perkataan itu terjadi. Keheningan terjadi, dari pihak Kairnt maupun Flugel tak melontarkan satu patah kata pun.
Tak berselang lama, dibarengi dengan awan yang mulai berpencar dan mempersilahkan sinar matahari menyinari lantai bumi, Kairnt membuka obrolan.
“Kau benar Flugel, jalanku masih panjang untuk mencari kebenaran tentang mereka para Mithral Factory”
Menoleh menatap Flugel. “Maaf telah mencemaskan dan mengganggu waktumu selama Tiga hari ini” ucap Kairnt sambil sedikit menunduk.
“Tak apa, setiap makhluk pasti memiliki titik terendahnya sendiri, tinggal langkah kita menyikapinya bagaimana, akankah terhanyut karenanya atau bangkit dan menjadikan itu sebuah semangat baru” ucap Flugel sambil berdiri dari duduknya.
Membungkuk dan menyodorkan tangan ke Kairnt. “Ayo kembali ke Desa, semua orang telah menunggumu” ajak Flugel.