Mendengar cerita Kairnt, Kedai Minuman yang semula ramai riuh karena teriakan dan obrolan serta suara nyanyian Galahad, para pengunjung kini menjadi sunyi senyap, bahkan suara detikan pada jam dinding dan suara decak cicak terdengar lantang.
Setelah sekian lama terasa hening, Tsibil memecah keheningan ini.
“Maafkan aku Kairnt, atas keegoisanku setelah mendengar Artifact Mindsunder di tangan pemuja kultus berbahaya itu sehingga kita memperlambat jalan kita ke selatan terlebih dahulu. Padahal kau juga punya tujuan yang lain” ucap Tsibil.
“Untuk itu sebenarnya tidak masalah, karena aku juga setuju dengan usulanmu mengejar para pemuja kultus itu ke selatan, ingat kan?” jawab Kairnt.
“Iya sih, tapi kan, itu- maksudku-”
“Ah sudahlah” ucap Tsibil yang berbelit-belit karena bingung.
“Hiks... hiks..." terdengar suara orang menangis.
“Kaiiiirnt... Huweee..." pecah tangis Hemia.
“Kenapa kau menangis Hemia?” tanya Kairnt. Hemia tidak menjawab dan tetap menangis. Kairnt melihat meja di hadapannya terdapat lima gelas kosong, bekas bir sepertinya.
“Ah, sepertinya dia terlalu mabuk” ucap Kairnt.
“Boneka besi, tak kusangka kau memiliki tujuan seperti itu. Sepertinya pilihan benar jika nantinya aku perkenalkan kau dengan seorang kenalanku! Hahahaha!” seru Larrick yang tidak dipahami para pengunjung di sekitarnya, mungkin karena ia juga mabuk seperti Hemia.
“Sungguh indah sekali tujuan hidupmu Kairnt, bolehkah aku menemani dan menjadi saksi hidupmu dalam mencapai tujuan itu, yang nantinya akan kuceritakan kepada khalayak luas tentang kehebatanmu?” tanya Galahad, terdengar kekaguman dalam perkataannya.
“Ahh, boleh saja, terima kasih sudah mau membantu” jawab Kairnt agak canggung.
“Baiklah, sudah diputuskan, mari kita mencapai akhir cerita bersama-sama!” seru Galahad.
“Woooo Galahad!” seru wanita-wanita yang mengelilinginya. Kairnt dan Tsibil hanya melihatnya dengan perasaan aneh dan bingung.
“Teman-teman, mari kita bersorak agar tujuan hidup Kairnt menghancurkan Mithral Factory dapat tercapai” seru Galahad.
“Whooo!” seru para pengunjung, termasuk Flugel, Tsibil, Mardudd, Larrick yang mabuk dan Hemia yang juga mabuk serta menangis. Sore hingga malam itu dihabiskan dengan banyak perbincangan dan kesenangan yang dilakukan di dalam Kedai Minuman milik Mardudd. Setelah semua berakhir, Kairnt dan Flugel memapah Hemia, berpisah dengan Larrick, Tsibil serta Galahad yang beristirahat di penginapan milik Gar.
Setelah selesai mengantar Hemia yang masih tetap menangis dari sore tadi, Flugel mengajak Kairnt untuk tidur di tempatnya, dan Kairnt menerimanya.
Sinar mentari pagi yang menembus jendela membangunkan meditasi Kairnt di dalam kamar tamu kediaman Flugel. Kairnt beranjak dari duduknya di tempat tidur, mengambil pedang besarnya dan berniat pergi keluar rumah. Ketika ia keluar ruangan dan menutup pintu kamarnya, ia bertemu dengan Stou yang akan berangkat berjaga.
“Selamat pagi Paman Kairnt” sapa Stou.
“Oh, Stou, sudah lama tak bertemu, kamu mau berangkat berjaga?” tanya Kairnt.
“Betul sekali, namun sebelum itu ingin pergi ke Paman Rotmiir lagi untuk membeli anak panah” jawab Stou.
“Kebetulan sekali, aku juga mau pergi kesana, mungkin kita bisa pergi bersama” ajak Kairnt.
“Boleh Paman, ayo” ucap Stou.
Dalam perjalanan mereka menuju Pandai Besi milik Rotmiir, Stou bertanya banyak tentang monster dan Froskur yang dilawan Kairnt, dan Kairnt memberitahunya dengan sedetail mungkin, karena siapa tahu nantinya Stou kedepannya bakal melawan mereka jika hal yang buruk terjadi.