Un-Human Book. 1

P.W.Herlambang
Chapter #42

Jeda (4)

“Selamat malam Kairnt, beristirahatlah!” seru Larrick sambil melambaikan tangan ke Kairnt. Terlihat Tsibil di dekat Larrick sedikit mengangguk ke arah Kairnt.

“Kalian berdua juga beristirahatlah” ucap Kairnt. Mereka berpisah, Larrick dan Tsibil menuju penginapan milik Gar, sedangkan Kairnt pergi menuju rumah Flugel dan meninggalkan Galahad yang masih tersisa dengan beberapa warga di dalam sana. Ketika berjalan, Kairnt beberapa kali mendongak ke atas melihat Bulan yang sedang bertengger di angkasa, ditemani taburan bintang. Tiba-tiba, Kairnt teringat adegan yang sama ketika Ia terlentang tak berdaya menatap angkasa setelah kewalahan melawan Pemuja Kultus dan diselamatkan oleh panah yang menembus kepala mereka.

“Firgam” ucap Kairnt teringat.

“Sepertinya aku harus menemuinya” lanjut Kairnt, sambil mengeluarkan belati beserta sarung dari tas miliknya lalu berjalan menuju Pos Penjagaan di gerbang Desa.


Terlihat Firgam sedang menenggak kopi hangatnya di luar ruangan sempitnya. Asap kopi keluar dari cangkir kopi miliknya. Mendengar terdapat suara langkah mendekat, Firgam mengalihkan pandangan ke arah suara tersebut. Kairnt yang diketahui Firgam melambaikan tangan besinya, Firgam juga membalas dengan melambaikan tangannya.


“Ini dia Sang Penyelamat Desa” puja Firgam.

“Ada yang bisa dibantu Kairnt?” tanya Firgam.

“Ah, janganlah begitu” ucap Kairnt.

“Aku teringat aku belum mengembalikan belati milikmu” lanjut Kairnt sambil menyerahkan belati itu kepada Firgam.

“Oh begitu, baiklah” ucap Firgam sambil mengambil belati dari tangan Kairnt.

“Terima kasih banyak, belati itu telah membantuku membasmi dua musuh mengerikan” kata Kairnt.

“Wah, akan ku simpan baik-baik belati ini kalau begitu”

“Karena pernah berjasa bagi Sang Penyelamat Desa” ucap Firgam dengan bercanda.

“Masuklah” ajak Firgam ke Kairnt untuk masuk ke pos penjagaan nya yang kecil.

“Tak usah, aku harus kembali ke rumah Flugel, katanya esok kami kembali diberi misi lanjutan” ucap Kairnt.

“Begitu”

“Baiklah, terima kasih sudah mau berbincang ringan di sini” ucap Firgam.

“Hahaha, terima kasih juga atas pinjaman belati milikmu” ucap Kairnt agak canggung.

“Selamat malam Firgam” lanjut Kairnt.

“Ya, selamat malam” balas Firgam.


Kairnt berpisah dengan Firgam dan berjalan ke rumah Flugel yang tadi sempat dilewatinya. Kairnt membuka perlahan pintu rumah itu, dan mendapati Flugel sedang berdoa dan bermeditasi di depan patung Mudrost, sang Dewa Kebijaksanaan.

“Kairnt”

“Beristirahatlah” ucap Flugel lirih.

“Baik Flugel, selamat malam” balas Kairnt yang perlahan memasuki kamarnya dan mulai bermeditasi.


Cahaya matahari hangat yang memasuki ruangan melewati jendela kamar yang ia tempati. Segera Kairnt beranjak dari kasurnya dan pergi keluar ruangan. Masih di tempat yang sama, terlihat Flugel masih bermeditasi di hadapan patung Mudrost.

“Kairnt”

“Bangunkan Hemia, dan yang lain, berkumpulah dulu di Kedai milik Mardudd, nanti aku kesana” ucap Flugel.

“Baik Flugel, sampai bertemu di sana” kata Kairnt sambil membuka pintu rumah dan pergi ke luar.


Pagi yang cerah dengan birunya angkasa tanpa awan menyambut Kairnt seketika keluar rumah. Kairnt melihat sekeliling, para warga desa sedang bekerja seperti biasa dan beberapa yang mengetahui keberadaan Kairnt memutuskan untuk menyapa, walaupun hanya berupa lambaian tangan.


Kairnt berjalan ke Workshop milik Hemia yang tak jauh dari rumah Flugel. Sesampainya disana, pintu masih tertutup rapat. Kairnt hanya mematung memandang pintu yang tertutup itu. Dalam pikirannya berputar asumsi-asumsi pada Hemia, mungkin ia bekerja hingga larut malam hingga kini masih tertidur, atau dia sudah menyelesaikan penelitiannya namun masih butuh beristirahat bahkan bisa juga sampai sekarang Hemia belum menyelesaikan penulisan tentang penelitiannya. Pemikiran itu memenuhi isi kepala Kairnt.

Lihat selengkapnya