Sinar mentari pagi dengan langit cerah tanpa awan membersamai para petualang yang baru saja pergi keluar gerbang Desa. Hemia seperti biasa menjadi pemimpin ekspedisi terakhir ini. Di belakangnya terdapat tiga Pria kuat, Kairnt, Galahad dan Larrick secara berurutan dan Tsibil seperti biasa menjaga bagian belakang.
“Baiklah kakak-kakak, sepertinya pemberhentian pertama kita kali ini adalah melawan Podg yang mana lokasinya paling dekat dengan Desa ini jika berdasarkan cerita Crag yang mereka berada di sisi utara pulau ini”
“Karena sejatinya Desa Votun ini berada di pucuk Timur Laut pulau ini. Bagaimana kakak-kakak?” jelas Hemia yang diakhiri dengan pertanyaan pada rekan-rekannya.
“Berarti lokasinya dekat dengan tanah lapang ya?” tanya Kairnt.
“Nah benar, jika kemarin kita dari tanah lapang menuju ke selatan atau kiri kali ini kita ke kanan” jelas Hemia.
“Baiklah, mungkin bisa menjadi pemanasan sebelum melawan para Froskur nantinya” ucap Larrick.
“Aku ingin mencoba senjata baru ku hehe” lanjut Larrick.
“Aku ikut suara mayoritas saja” ucap Tsibil. Terlihat Galahad mengangguk setuju dengan Tsibil.
“Baiklah, mari kita basmi Podg Si Pemalas terlebih dahulu” ucap Hemia.
Tak berselang lama berjalan, Larrick kembali membuka pembicaraan.
“Hei Kairnt, dimana Pedang Besarmu?” tanya Larrick.
“Oh, Aku menukarkannya dengan pedang dan perisai ini. Karena aku merasa tidak leluasa untuk menahan serangan musuh menggunakan pedang besar itu” jelas Kairnt.
“Baguslah jika kau menyadari sesuatu. Kapan kau menukarkannya?” lanjut tanya Larrick.
“Apa kau bercanda?!”
“Dari kemarin dia sudah membawa Pedang dan Perisai itu” Sahut Tsibil dari belakang.
Menoleh ke belakang. “Eh benarkah?” tanya Larrick. Tsibil tak menjawab pertanyaannya. Larrick kembali mengarah ke teman-teman di hadapannya dan juga tak mendapat jawaban.
“Sepertinya Kak Larrick harus mengurangi mabuk-mabukannya!” sahut Hemia dari depan.
“Hahahaha!” tawa rekan-rekan lain yang mendengar celetukan Hemia, termasuk Larrick sendiri.
“Hahaha mungkin ada benarnya juga” ucap Larrick.
“Sebenarnya kemarin setelah kita mengalahkan Skel, aku mengambil perisai cangkang miliknya dan ku jual ke Pandai Besi. Jika ku tahu kalau kau ingin menggunakan perisai mungkin akan ku berikan padamu, dengan harga yang cocok tentunya hahaha” lanjut Larrick.
“Hmm, sepertinya perisai itu terlalu kecil buatku” jawab Kairnt.
Kini para petualang sampai di tempat yang sudah familiar, kecuali Galahad, yaitu sebuah persimpangan yang mengarah ke tanah lapang dan terdapat jalan yang terlihat sedikit menanjak seperti bukit.
“Kak Larrick, tolong” ucap Hemia.
“Baiklah Hemia” balas Larrick yang langsung berlari menaiki bukit itu. Tak berselang lama, Larrick berlari kembali ke rekan-rekannya.