SEOLA menoleh ke arah suara pria yang baru saja memanggilnya dan melihat Manager Cho memerintah untuk naik ke ruangannya. Pasti ada hubungannya dengan Kang Minhyuk, pikir Seola langsung. Orang kaya memang suka membuat masalah.
“Ada masalah apa?” Chu Sojung, pelayan kafe 4Us yang barusan bertanya dengan dialek Busan itu menyenggol lengan Seola sambil berbisik. Sepasang mata tajamnya turut mengekori langkah Manager Cho yang tengah menaiki undakan tangga.
“Entahlah,” sahut Seola muram. Dengan agak lemas ia menyusul Manager Cho ke ruangannya di lantai tiga. Ruangan itu berseberangan dengan ruangan Nyonya Moon yang lebih besar.
“Silakan duduk!”
Agak heran dengan sikap Manager Cho yang mempersilakan dirinya sambil tersenyum lebar, Seola mengambil duduk dengan ragu. Ia pikir akan ada adegan gebrak meja disusul dengan sumpah serapah dan caci maki, lalu diakhiri dengan pemberian surat pemecatan. Ia sudah menyiapkan diri.
“Kang Sajang¹ terkesan sekali denganmu,” kata Manager Cho masih tetap tersenyum. Malah kali ini lebih lebar. “Dia bilang pekerjaanmu sangat baik.”
Kang Minhyuk memuji dirinya? Entah kenapa Seola tidak senang mendengarnya. Itu pasti siasat yang dilakukan laki-laki itu untuk menarik perhatiannya. Dasar rubah licik. Seola tidak akan terbuai dengan mudah.
“Kang Sajang sudah menjadi pelanggan khusus kafe kita. Dan mulai besok sampai seterusnya, dia mau kau saja yang melayaninya,” beritahu Manager Cho membuat Seola mengerut dahi.
“Maaf, Pak, tidak bisakah bergantian saja seperti biasanya? Saya merasa tidak enak jika harus melayani Kang Sajang seorang.”
Manager Cho geleng-geleng kepala. Tidak menerima keberatan Seola. “Ini Kang Sajang. Pemilik perusahaan mobil impor itu,” beritahunya dengan gaya dramatis. Setengah berbisik. “Orangnya agak pemilih. Jadi harus diperlakukan dengan khusus.”
Seola hampir saja memutar bola matanya lantaran muak. Orang kaya memang mengerikan. Mereka terbiasa mengandalkan uang dan kuasa untuk mempermudah segala urusan. Menyusahkan hidup orang lain tampaknya sudah mendarah daging dalam tubuh orang kaya. Lalu hukum alam. Pasti selalu ada saja penjilat seperti Manager Cho ini.
“Ambil ini.” Manager Cho tiba-tiba menyodorkan amplop putih kepada Seola.
“Apa ini, Pak?” tanya Seola urung menerima amplop tersebut. Otaknya mulai memikirkan hal yang tidak-tidak. Jangan bilang ....
“Tip pertamamu dari Kang Sajang.”
Dengan enggan Seola mengambil amplop itu dan mengintip isinya. Ada beberapa lembar pecahan uang lima puluh ribu won. Seola tidak berniat menghitungnya. Ia bahkan merasa kesal sekaligus muak. Ingin sekali ia lemparkan uang itu ke wajah Kang Minhyuk sambil berkata, “Aku tidak butuh uang Anda!” supaya orang itu tahu bahwa tidak semua hal bisa dibeli dengan uang.
“Maaf, Pak, bisa tidak ... kalau saya digantikan saja dengan yang lain?” tanya Seola lama kemudian. “Seperti yang saya katakan tadi. Saya merasa tidak enak jika melayani Kang Sajang saja.”