SUDAH delapan belas tahun sejak peristiwa itu terjadi, sejak itu pula Minhyuk tidak pernah mau membuang-buang waktu lagi untuk menunggu seseorang. Namun kali kini ia kembali melakukannya. Berdiri selama dua jam di depan gedung apartemen murah itu seperti orang bodoh demi menunggu kepulangan Kim Seola. Perempuan keras kepala yang dua hari lalu diajaknya berkencan dan ... ditolak.
Hari ia memang tidak mampir ke kafe karena harus memenuhi janji makan siang dengan klien. Ia belum melihat wajah jutek Kim Seola seharian ini dan hal itu membuatnya kesal. Apalagi jika mengingat penolakan yang dilakukannya. Minhyuk jadi bersemangat membalasnya.
Mendesah keras, Minhyuk menolehkan pandangan ke jalanan menanjak yang minim penerangan. Ketika penglihatannya menangkap sosok Kim Seola yang berjalan gontai dengan kepala tertunduk seperti orang kelelahan, ia hampir dibuat meradang lantaran kesal sudah dibuat menunggu terlalu lama.
“Ke mana saja kau? Kenapa baru pulang sekarang?” Minhyuk mencegatnya ketika Seola hendak melewatinya. “Apa Manager Cho menyuruhmu lembur?”
Huh!
Seola mendengkus geram. Ia ingin berkata kasar di depan wajah laki-laki cerewet ini. Tapi sampai sepuluh detik berlalu, mulutnya masih terkunci rapat. Ia sudah teramat lelah dan tak ingin bertambah lelah hanya karena berdebat dengan Kang Minhyuk. Lagipula ini sudah larut malam. Ia tidak mau membuat keributan.
“Ya!¹ Aku sedang bicara denganmu.” Minhyuk kembali mencegat Seola yang bermaksud pergi.
“Tolong minggirlah!” pinta Seola usai memejamkan mata untuk meredakan emosi. Ia menepis cengkeraman Minhyuk di lengannya dan bergerak pergi.
“Ya! Kim Seola!” sentak Minhyuk menarik sikunya dengan keras. Membuat emosi gadis itu seketika ikut meledak.
“Lepaskan aku!” Seola berusaha menarik tangannya, tetapi cengkeraman Minhyuk cukup kuat untuk ditepisnya lagi.
“Apa sebenarnya yang membuatmu selalu bersikap angkuh padaku? Apa begitu sulit menaklukkan orang miskin sepertimu, huh?”
Seola terkesiap pelan. Nyaris tidak percaya pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Kang Minhyuk. Ah, Seola lupa bahwa Kang Minhyuk adalah orang kaya. Jadi sepertinya bukan masalah jika ingin merendahkan orang miskin sepertinya. Seola yang harus tahan banting di sini.
“Katakan, apa harga dirimu terlalu tinggi untuk menerima cintaku?” Rupanya Minhyuk belum selesai. Ia bertanya lagi dengan ekspresi wajahnya yang berubah kesal.
“Lalu kenapa Anda mencintai orang miskin sepertiku? Bukannya itu tidak wajar?” balas Seola berusaha menahan suaranya agar tidak berteriak.
Minhyuk mendesah pelan sembari melepaskan cengkeraman. Ia bisa melihat gadis itu mengusap-usap sikunya. Apa cengkeramannya terlalu kencang?
“Kau benar,” kata Minhyuk dengan suaranya yang dilembutkan. “Harusnya aku jatuh cinta pada orang yang kehidupannya setara denganku. Bukan dengan gadis miskin dan sombong sepertimu. Tapi aku tidak bisa menentukan dengan siapa aku akan jatuh cinta. Aku tidak bisa menentukan kepada siapa aku akan menjatuhkan hatiku. Kau mengerti itu? Apa sekarang kau bisa memahami perasaanku?”
“Maaf, aku tidak bisa memahami perasaan Anda. Jadi pergilah!” tandas Seola agak ketus. Bermaksud mengusir.