“MENURUTMU, pekerjaan apa yang paling cocok untuk Kim Seola?”
Seola mengernyit bingung mendengar pertanyaan itu diajukan dengan santai oleh Kang Minhyuk. Seperti biasa, pelanggan istimewa yang agak pemilih itu datang untuk makan siang plus merecoki Seola.
“Sepertinya bekerja di tempat seperti ini terlalu berat untukmu, jadi aku mengusulkan—”
“Aku tidak merasa seperti itu,” potong Seola cepat. “Sebutkan saja pesanan Anda lalu pergilah dari sini.”
“Kau mengusirku?”
“Ya.”
Minhyuk tergelak sarkas. “Ini bukan apartemenmu, Kim Seola. Aku bebas datang ke tempat ini kapan saja.”
“Anda tidak punya pekerjaan, ya? Sepertinya Anda selalu saja menggangguku.”
“Kau tidak tahu kalau sekarang ini jam makan siang?” Minhyuk menunjukkan arloji mahalnya kepada Seola yang menolak melihat dan tersenyum miring. “Jangan terlalu keras padaku Kim Seola, nanti kau bisa dipecat,” tegurnya kemudian sambil memandang lurus ke depan.
Seola menoleh mengikuti arah pandang Minhyuk dan melihat Manager Cho ternyata sedang berdiri di meja barista sambil sesekali mencuri pandang ke arah mereka.
“Anda pasti sudah memberinya uang lagi,” tebak Seola langsung.
Minhyuk hanya memiringkan kepalanya sedikit sambil mengangkat bahu. Satu alisnya juga dinaikkan dengan gaya angkuh. Seola jadi kesal dibuatnya.
“Akan lebih baik jika Anda mendonasikan uang Anda ke panti asuhan atau panti jompo,” usul Seola sesaat kemudian. Ia terdengar tulus menyarankan itu. Tapi sepertinya Minhyuk tidak tertarik. Laki-laki itu hanya menggaruk belakang telinganya dengan gaya bosan.
“Aku lebih tertarik dengan perempuan keras kepala sepertimu.” Minhyuk tersenyum usil. Cukup puas melihat Seola memutar bola matanya. Sepertinya hal itu sudah menjadi kebiasaannya setiap kali kalah berdebat.
“Lagipula,” Minhyuk tiba-tiba bersemangat menegakkan punggungnya, “tidakkah kau merasa kaulah yang paling diuntungkan dengan uang suap itu?” tanyanya sambil bertopang dagu.
Untuk sesaat Seola merasa posisi itu membuat Kang Minhyuk terlihat begitu manis. Tapi mengingat pertanyaan Minhyuk yang membuatnya terdengar seperti oportunis, Seola jadi merasa kesal. Ia mengerut dahi tidak senang.
“Kau jadi tidak perlu bekerja terlalu keras. Dan penjilat itu sepertinya memperlakukanmu dengan baik. Bukankah begitu?”
Kata siapa? Seola bertambah kesal dengan sikap Kang Minhyuk yang sok tahu. Manager Cho itu bermuka dua. Begitu Kang Minhyuk pergi, Seola akan kembali diperlukan seperti budak. Tapi sepertinya itu tidak perlu disampaikan.
Melihat Seola yang diam saja tanpa perlawanan, Minhyuk menyadari gadis itu tersinggung. Ia pun kembali menyandarkan punggungnya dan bertanya, “Kau sudah makan siang?”
“Belum.” Seola menjawab singkat. Masih kesal.