SEOLA berdiri di emperan kafe sambil memerhatikan air hujan yang berlomba-lomba turun membasahi tanah. Sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Ia mendesah lirih dan merutuki kebodohannya karena tidak membawa payung. Lagi pula siang tadi cuaca begitu cerah. Ia tidak kepikiran jika malam ini akan turun hujan.
“Kau akan menunggu sampai hujan berhenti?”
Seola menoleh ke asal suara dan melihat Kang Minhyuk sudah berdiri di sampingnya dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana. Ikut memandangi air hujan.
Ketika Minhyuk menoleh ke arahnya. Seola buru-buru memalingkan wajah ke depan. Sejak kejadian semalam hatinya cenderung bergejolak. Entah kenapa, tetapi Seola tidak mau hatinya tergoyahkan oleh hanya satu pelukan saja. Ngomong-ngomong, bukannya Kang Minhyuk sudah pergi usai makan siang? Kenapa dia ada di sini lagi?
“Aku datang untuk menemui managermu dan kebetulan hujan,” beritahu Minhyuk menjawab pertanyaan Seola yang tidak diucapkan. “Tunggu di sini sebentar. Aku akan mengambil mobil.”
“Terima kasih, aku bisa pulang sendiri,” tolak Seola langsung. Menghentikan Minhyuk yang hendak bergerak.
“Kau pikir aku akan membiarkan wanitaku pulang sendirian?” Minhyuk menatap Seola sekilas sebelum mengalihkan pandangan ke luar. “Di tengah hujan begini?”
Seola menoleh cepat. “Anda pikir siapa yang Anda sebut ‘wanitaku’?”
“Tentu saja kau, Kim Seola. Memangnya siapa lagi?”
Seola menatap tidak suka. “Aku bukan wanita Anda,” tandasnya keberatan.
“Nanti juga kau akan menjadi wanitaku,” balas Minhyuk percaya diri.
Seola memutar bola matanya seraya membuang muka. Saat itulah ia melihat seorang pria tua yang berdiri tak jauh darinya baru saja membuka payung. Seola cepat-cepat menahan pria itu. “Permisi, Pak. Boleh saya menumpang payung Anda? Hanya sampai halte di ujung jalan sana.”
Sesaat pria tua itu menatap Seola dengan bingung. Kemudian tersenyum ramah dan mengangguk. “Tentu saja. Silakan,” katanya sambil menggeser payungnya ke arah Seola.
“Jadi kau lebih suka menumpang dengan pria yang tidak kau kenal ketimbang pulang bersamaku, ya?”
Seola tidak mengacuhkan sindiran Minhyuk di belakangnya. Ia membungkuk badan sambil berterima kasih lalu buru-buru masuk ke payung si pria tua.
“Tolong jaga wanitaku, Pak,” ujar Minhyuk dengan senyum lebar. Ia membungkuk badan dan melihat si pria tua melempar senyum penuh arti.