SEOLA menyingkirkan handuk kecil dari dahinya. Menoleh ke samping dan mendapati Dawon meringkuk di pinggir tempat tidur sambil memegangi tangannya. Pelan-pelan ia bergerak duduk, tapi gerakannya tetap berhasil membangunkan gadis itu.
“Kau sudah bangun?” tanya Dawon sambil menguap lebar. Ia duduk lalu menyentuh dahi Seola. “Syukurlah panasnya sudah turun.”
“Maaf sudah merepotkan, Dawon-ah,” lirih Seola menyesal.
“Bukan masalah,” Dawon menguap lagi. “Aku akan memberi tahu managermu bahwa kau sakit.”
Baru saja ia hendak mengambil ponselnya, Seola dengan cepat menahan tangannya. “Tidak usah. Aku baik-baik saja.”
“Baik apanya,” protes Dawon mengerutkan dahi. “Meski panasnya sudah turun, tapi kau masih perlu istirahat. Lihat, wajahmu saja masih pucat.”
“Aku sudah merasa baikan.” Seola menyibak selimutnya. Turun perlahan dari tempat tidur.
“Kau yakin?” Dawon menatapnya ragu.
Seola mengangguk pelan. Meyakinkan temannya itu dengan seulas senyum yang terlihat sangat dipaksakan.
***
Seola memejamkan mata ketika rasa pusing kembali mendera kepalanya. Harusnya ia mendengarkan nasihat Dawon agar beristirahat saja di rumah. Tapi ia malah bersikeras ingin tetap bekerja. Bukannya sok kuat. Seola pikir dengan menyibukkan diri di tempat kerja bisa membantu mengenyahkan Kang Minhyuk dan Lee Han Gyul dari pikirannya. Tapi yang terjadi justru kepalanya yang semakin bertambah sakit.
Tubuhnya tiba-tiba limbung. Seola bermaksud berpegangan pada sisi bak cucian tetapi meleset. Tangannya justru menyenggol tumpukan piring kotor sehingga ia kehilangan keseimbangan dan jatuh di lantai yang dingin.
Seola merintih. Tangannya baru saja menindih pecahan piring. Darah segar mengalir dari telapak tangannya. Sekujur tubuhnya bergetar dan ia merasakan panas menjalar ke seluruh badan.
“Ya Tuhan, Seola-ssi!”
Sambil menahan rasa sakit, Seola menoleh ke asal suara wanita dan melihat Sojung berlari ke arahnya dengan wajah panik.
“Astaga, bagaimana kau bisa terjatuh?” Sojung membantu Seola bersandar pada bak cucian. Melihat ke sekitar dan nyaris menjerit saat mengetahui kondisi tangan Seola. “Ya Tuhan, kau berdarah!”