Kurang lebih 4 bulan sudah berlalu, aku, Lisa, Nando, dan Timmy sudah menyelesaikan penelitian kami bersama Ibu Nana. Penelitian ini memang memakan waktu yang lumayan lama, walaupun tidak selama apa yang kubayangkan. Selama 4 bulan lebih waktu kuliahku menjadi semakin hectic. Dari mulai membuat rangkuman penelitian, revisi penelitian, pembuatan proposal skripsi yang kukejar sebelum KKN, waktu magang di perpus yang sangat menyita waktuku, hingga tugas-tugas daily yang harus diselesaikan. What you’re guessing is right, Nando dan Lisa menjadi semakin akrab. Aku? Bukannya aku ingin egois, tapi waktuku yang biasanya ku habiskan dengan Lisa menjadi sangat berkurang. Teman perpusnya bukan aku lagi, tapi Nando. Aku sebenarnya sudah terbiasa dengan mengerjakan semuanya sendirian, but to face it in such a short time, aku bener-bener ga siap. Kami masih berteman, sangat baik, tapi sikapnya yang terlalu bergantung pada Nando really shocked me. Hari ini aku benar-benar merasa sangat lelah. Tiap pagi aku bangun dengan sebuah pemikiran “Lisa pasti udah sama Nando sih ke Perpus” dan mood-ku akan berantakan seharian, walaupun Lisa akan datang kepadaku dan meminta maaf.
“Dit, kamu ga magang? Aku nungguin tadi?” tanya Lisa sambil menghampiriku. “Nggak Sa, aku gak mood, lagi ga enak badan juga, mau dapet kali.” aku berbohong. Lisa menatapku dengan sangat lama. “Sorry nih, kamu kan baru selesai dapet Dit?” I’m such a bad liar. “Ahahaha aku kira belum haha” tawaku canggung. Duh. “Kamu kenapa sih, Dit? Kita masih temenan, ‘kan? Kita baik-baik aja, ‘kan?” Gapapa? Gapapa? I’m not fine! Ga ada yang baik-baik aja since you know Nando! Temanmu kau lupakan! We’re not library-buddy anymore! And you still have the guts to ask me “what’s wrong with you?” itu kata hatiku. Aku ga setega itu untuk mengatakannya. Aku masih ingin persahabatan kita baik-baik saja, at least sampai KKN nanti. “Gapapa kok, aku agak gak fokus aja sih, Sa.” aku berbohong. “Uhm oke, kalo kamu ada uneg-uneg, please bilang ke aku. Kita sahabat, aku gak mau kalo cuma karena hal sepele, kita jadi musuhan.”
Mungkin benar apa kata novel yang sering kubaca. Kadang, keegoisan kita menjadi pemecah seluruh hubungan, entah itu pertemanan, atau hubungan apapun. “I feel like I’m not….” “Sa! Yuk ke kantin. Eh ada Dita. mau ke kantin bareng gak? yuk.” Nando memotong pembicaraanku dan semua perasaan marah, kecewa, dan kesal yang akan kutumpahkan ke Lisa. “eeh aku ke perpus aja deh, bye” ujarku. Sepintas aku melihat Lisa menatapku dengan kebingungan, Nando yang seolah tak tahu atau tak mau tahu menghiraukanku dan mencoba mengajak Lisa untuk pergi bersamanya. Selama perjalananku ke Perpustakaan, perasaanku campur aduk, tapi disisi lain, aku tak punya banyak hak untuk mengatur kehidupan pribadi Lisa, entahlah. Aku hanya ingin sampai lebih cepat di Perpus dan menyendiri, seperti apa yang dulu sering kulakukan ketika Lisa sibuk dengan kelas-kelasnya, beruntungnya juga jadwalku hari ini sangat lengang, hanya 3 kelas di sore hari, jadi aku bisa menghabiskan waktuku di Perpus.