Ingat ceritaku tentang bersyukur? Yep, aku mencobanya secara perlahan. Aku mengingat kembali semasa kuliah, bagaimana seluruh “keberuntungan” yang aku miliki selama berproses. Aku ingat bagaimana aku mendapatkan job magang di perpus dengan mudahnya, aku juga ingat bagaimana aku diberikan makan siang setiap kali aku memecahkan masalah komputer di perpus, aku juga ingat bagaimana aku bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang sarjana, bagaimana aku bisa memilih tempat KKN dan memilih tempat yang paling jauh hanya karena aku tidak mau berada dekat rumah dan hanya ingin berwisata, sedangkan Ria ingin mendapatkan satu tempat di Desa yang kutolak karena dia ingin menyelesaikan skripsinya tepat waktu, walaupun banyak rintangan yang harus dilewati pada prosesnya. Mungkin benar apa kata Ria. Aku juga ingat ketika teman-temanku datang ke titik kumpul sebelum menuju desa tujuan pada saat KKN, tetapi aku punya keuntungan dapat diantar oleh orang tua dan memilih untuk dapat bergabung dengan teman-teman yang lainnya, bukannya langsung menuju ke desa tujuan yang berjarak hanya 20 menit dari rumahku. Aku termasuk dalam kategori privileged, hanya saja bukan pada harta sedari lahir, atau universitas top. Mungkin hingga saat ini, ketika aku sedang menulis cerita ini, aku masih termasuk dalam kategori privilege. Aku bisa mendapatkan pekerjaan yang diidam-idamkan oleh orang lain. Aku bukannya unprivileged, aku hanya kurang bersyukur.
Beberapa bulan setelah Tara resign, aku mengajukan permohonan resign. Apakah aku sudah mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan dengan gaji yang cukup untuk memiliki tabungan dua digit? Mungkin belum. Belum sekarang. Mungkin nanti. Pekerjaanku yang sekarang jauh lebih baik, walau tidak sebaik yang aku inginkan. Life will only give you something that you need instead of what you want, right? Apakah aku akan berhenti disini dan puas dengan semuanya? Tentu saja tidak. Cerita ini belum memilki akhir yang pasti, apakah bahagia, ataukah aku akan mendapatkan semua hal yang aku cita-citakan. Satu hal pasti yang bisa kulakukan adalah untuk terus menyadari hal-hal kecil yang terjadi disekitarku. Dari gajiku aku masih bisa memenuhi kebutuhanku dan keinginanku secara bersamaan, walaupun bukan keinginanku untuk memiliki apartemen mewah atau menabung untuk membeli sebuah mobil. Aku masih akan terus berusaha. Aku akan terus berjalan, atau bahkan berlari. Kekuranganku di pekerjaan baruku masih banyak, tetapi itu bukanlah alasan untuk tidak menjadikanku lebih kuat dan lebih bijak dalam menghadapi hidup. Rubah caramu dalam memandang hidupmu. Change it before it’s too late. Be grateful of what you had.
Mungkin kalian juga sedang berada di posisiku juga. Merasa terpuruk dengan membandingkan apa yang kalian punya dengan apa yang orang lain punyai. Stop it! Bersyukurlah dengan apa yang kalian punyai sekarang. Bersyukurlah terhadap hal terkecil yang kalian punya. Mungkin kau bermimpi untuk mendapatkan gadget terbaru dengan kamera super canggih hanya karena kau bosan dengan gadget mu sekarang, tapi mungkin bagi sebagian orang, gadget yang tak kau inginkan itu adalah sebuah privilege bagi mereka. Mungkin mereka akan berusaha 2 kali lebih banyak darimu, atau bahkan 10 kali hanya untuk mendapatkan apa yang sudah kau punyai sekarang. Mungkin masih banyak orang yang butuh pekerjaan yang sedang kau jalani sekarang, yang mungkin sedang kau caci maki karena ‘bekerja tidak semudah itu.’ Kita semua terlahir privileged, hanya saja dengan cara dan jalan yang berbeda.
Lisa mengabari kalau perusahaannya sudah merumahkan hampir sebagian karyawan mereka. She’s now living in fear. Dia takut kalau-kalau dia yang menjadi orang selanjutnya. Ria akhirnya lulus, dia masih bisa mempertahankan predikat cum laude. Kami sudah berbaikan, aku yang meminta maaf terlebih dahulu. Aku baru menyadari bahwa perkataannya benar, walaupun yang cara penyampaiannya cukup menyakitkan bagiku. Tara menyukai pekerjaan barunya, menjalankan usaha orang tua yang sudah lama ia inginkan daripada bekerja menjadi karyawan biasa, katanya. Universitasku sudah naik menjadi peringkat A, begitu pula Fakultasku. But still, aku tidak bisa asal merubah semuanya, inilah privilege yang akan dinikmati oleh alumnus selanjutnya, lulus dari universitas yang sudah berpredikat A. Toko kecil yang dijalankan mama dan papa sudah semakin ramai, entah mengapa, tapi tetap kusyukuri. Aku bersyukur aku masih diberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari privileged. Aku bersyukur karena aku sudah belajar untuk mengusahakan apa yang kuinginkan 3 kali lebih besar daripada yang orang lain sudah dapatkan.