“Mencintai adalah kata dasar untuk bertemu dengan kebahagiaan dan kesedihan dalam satu waktu.”
-Seylandra Starla Adenna
_________________________________
Seylandra, gadis manis dan cantik berambut hitam kecokelatan sedang diam mematung memperhatikan seseorang. Sesosok pria sedang mengejar-ngejar bola Futsal di lapangan. Tak hanya Sey yang memperhatikan pria itu, ada ratusan orang yang ikut serta memeriahkan pertandingan Futsal.
Tujuan Sey ikut serta berdesak-desakan dengan para murid lain hanya untuk mendapatkan senyuman dari pria yang belum pernah senyum untuknya. Tangan kecilnya memeluk sebuah buku berwarna hitam, di sampul buku itu terdapat tulisan 'Punya Sey' di dalam buku itu berisi biodata nama pria di sekolahnya dan sedikit curhatannya. Terasa aneh, tapi ini adalah sebuah hobi yang harus dilestarikan. Menurutnya, dari pada mempunyai hobi bergosip yang menimbulkan dosa lebih baik mencari tahu tentang biodata semua pria yang ada di sekolah ini, manfaatnya adalah dapat mengetahui dan mengenal Siswa dari kelas 10 sampai 12.
Pria incarannya menatap Sey kemudian dia tersenyum. Ya benar, dia tengah menampilkan senyum untuknya. Sey membalas senyuman pria itu, tangannya melambai-lambai. Tak tahu betul, senyuman pria itu untuk siapa. Sey memastikan kalau senyuman itu untuknya, ia menoleh ke kanan dan kirinya. Yeah, kosong! Dalam hati Sey bersorak karena telah berhasil menyelesaikan misinya.
"Sey, ngapain sih di sini!" teriak seorang cewek memperhatikan ke mana mata Sey tertuju, "ya Allah, masih ngincer kakel?" Lanjutnya.
Sey menoleh, menatap cewek itu malas. "Udahan kok. Yaudah ke kelas yok," ajak Sey menarik lengan cewek itu menjauh dari lapangan.
Devi, cewek itu menghempaskan tangan Sey dari tangannya. Devi adalah sahabat sekaligus tetangga Sey. Menurut Sey, Devi itu galak dan cerewet. Walau begitu, Devi adalah sahabat yang paling mengerti Sey. Di saat semua orang menyalahkan Sey, ada Devi yang berdiri di depannya.
"Lo tau, kan? Kak Andra itu playboy! Kalau lo jadi inceran gimana? Lo gak mikirin huh? Hobi lo tuh gak guna," teriak Devi memarahi Sey.
Nah, Devi memang seperti ini. Selalu membesar-besarkan masalah kecil. Sey bukan anak kecil, ia bisa menjaga dirinya sendiri. Bukannya mendengarkan atau merasa bersalah, Sey malah cekikikan. Wajah Devi sangat lucu ketika marah seperti ini.
Devi menatap Sey datar. Lama kelamaan tawa Sey surut digantikan oleh suasana tegang dan canggung. Keduanya diam, Devi menatap Sey tajam sedangkan Sey hanya diam menunduk.
"Andra itu playboy cap kaki tiga! Jangan mentang dinama lo ada nama Andra, lo coba deketin dia!" cerocos Devi.
Sey menggelengkan kepalanya, tak setuju dengan ucapan Devi. "Gak gitu kok. Cuma Andra yang belum kena list gue," ucap Sey tenang.
Devi menggerak-gerakan bibirnya menirukan kata-kata yang diucapkan Sey dengan bibir sedikit condong ke depan. Sey memutar bola matanya malas. Ini dia, salah satu sikap menyebalkan Devi.
"Semua? Udah kena list?"
"Belum baru kelas 11 dan 12. Besok kelas 10," balas Sey.
"Sinting!" maki Devi, "gue pecat juga lo jadi temen gue." Lanjutnya.
"Gii picit jigi li jidi timin gii," ucap Sey menye-menye mengikuti gaya bicara Devi.