Una Estrella

Sherinauci
Chapter #4

Semut dan Gajah

Devi menggeleng-gelengkan kepalanya. Sey makan dengan sangat lahap seperti orang yang tak makan berhari-hari. Lagi dan lagi Sey menambah nasinya. Devi menatap wajah Sey teliti, ia berpikir apa jangan-jangan dia kesurupan jin kelaparan?

Merasa diperhatikan, Sey memberhentikan makannya. Menatap balik Devi. "Kenapa lo? udah jangan sungkan-sungkan makan aja sepuasnya," ucap Sey berlagak sok sultan.

"Makan pala lo makan! Gila Sey, lo lagi kesurupan?"

Sey berdecak kesal. "Gak ada kata lain ya Vi, selain pala dan kesurupan?"

"Tapi lo makan...? Astagfirullah. Badan kecil makan sebakul." Devi menggeleng-geleng tak percaya sesekali menepuk keningnya pelan.

"Gak boleh ya?" tanyanya memelas.

"Kalau gak boleh gue gak akan ngajak lo makan," balas Devi gemas.

"Jadi boleh kan? Kenapa lo kaget gitu?"

"Lo belum makan ya dari pagi? Kenapa lo gak bilang kalau belum makan?" 

"Gue gak biasa sarapan," jawab Sey santai kembali melahap makanannya.

"Dan istirahat tadi, lo cuma makan keripik? Bodoh!" maki Devi yang tak habis pikir dengan jalan hidup Sey.

"Ya kenapa? Suka-suka gue lah! Gue mau makan kripik kek, baso aci kek, seblak kek, sandal jepit kek. Ter-se-rah gue Sri Kandi!" balas Sey ngegas.

"Bego lo keterlaluan Sey, serius deh. Lo punya maag, lo kira gue gak kha--"

"Acieee ... Sri Devi khawatir. Ululu gue boleh peluk gak?" Sey merentangkan tangannya.

Devi mendelik jijik, melihat jari tangan Sey yang masih tertempel nasi. "Diem di sana! Atau gue timpuk pake apel." Devi mengambil sebuah apel, berancang-ancang melempar apel ini ke wajah Sey.

Sey memperhatikan sebelah tangannya yang kotor. Ia tersenyum penuh arti, sesekali menatap Devi. Devi menatap Sey curiga, biasanya jika Sey tersenyum seperti itu dia akan berbuat ulah. 

"Jangan aneh Sey!" tegur Devi masih menatap Sey dengan tatapan mengintimidasi.

"Kayaknya ... gue harus ketemu sama Mima deh," ucap Sey menatap telapak tangannya. Mata Devi melotot, Mima adalah boneka beruang kesayangannya. Jangan-jangan Sey akan mengelap tangannya ke Mima.

"Jangan gila!"

Sey tertawa, ia beranjak dari duduknya kemudian berlari ke arah kamar Devi. Jantung Devi membuncah, ia ikut berdiri dan mengejar Sey. Siapa pun tidak boleh ada yang menyentuh Mima termasuk sahabatnya sendiri. 

"Sey, diam di sana! Atau gue gorok lo!" ancam Devi sambil menunjuk Sey kemudian beralih ke lehernya berpura-pura memotong.

"Liat Sri! Hua ... si Mima cantik banget sih," ucap Sey mengarahkan tangan yang kotor ke boneka secara perlahan.

"Bener sih Sey, gue gorok lo!" ancam Devi penuh emosi.

Sey menurunkan tangannya. Menatap wajah putus asa Devi. "Gue bohongan doang kok Dev, jangan sedih gitu ngapa?"

Lihat selengkapnya