Upacara bendera adalah hari paling sakral bagi murid SMA Danurjaya. Bagi siapa saja yang ketahuan mengobrol, memainkan handphone dan membuat kegaduhan saat upacara maka akan mendapatkan sanksi berupa hukuman. Beda lagi jika memainkan handphone saat upacara, hukuman dan sitaan menanti. Tak jarang, murid yang nekat melanggar peraturan. Apalagi para murid yang sudah keluar masuk ruang BK, sepertinya guru BK pun akan merasa bosan karena terus-terusan berhadapan dengan orang yang sama lagi.
Sey dan Devi dibariskan secara terpisah oleh guru BK. Mungkin dia sudah tahu, jika Sey dan Devi bersatu akan menimbulkan suasana yang menyenangkan. Ya, menyenangkan bagi mereka berdua.
Sey menoleh, melihat 3 orang siswi mencoba membuat kegaduhan. Entah kenapa, perasaannya saat ini menjadi tidak enak. Hari ini ia bertekad untuk menghindari segala macam hukuman.
Semakin lama, ketiga siswi ini semakin membuat kegaduhan. Begitu juga Sey yang semakin gelisah. Ia takut, mereka yang salah tapi dirinya dihukum.
Sey merapalkan doa dalam hati. Semoga, ada MPK yang melihat kegaduhan ini. Kakinya berjinjit, melihat pergerakan MPK yang teramat lambat. Ia tidak tahu, kenapa kalau ia sedang mengobrol apalagi bercanda saat upacara walau sedikit saja, pasti MPK akan menggeretnya.
Bruk
Tubuh Sey terjatuh akibat dorongan kuat dari salah satu siswi yang membuat gaduh tadi. Masih dalam posisinya, ia melihat seseorang berdiri di depannya. Kepalanya sedikit mendongkak, menatap seseorang menatap garang ke arahnya.
Sey menoleh, menatap ketiga siswi pembuat gaduh itu. Mereka seketika rapih dan diam, tak bergerak sedikit pun. Tangannya mengepal, padahal ia sudah bertekad untuk tidak dihukum hari ini tapi malah seperti ini.
Vega, si ketua MPK itu menarik lengannya. Dia membawa Sey ke depan lapangan. Inilah tradisi sekolah ini. Jika ada orang yang melanggar peraturan akan dibariskan di depan lapangan dan setelah upacara selesai nanti akan diberikan hukuman.
"Veg, gue gak salah. Gue gak buat gaduh. Sakit Veg, lo nyakitin gue," adu Sey wajahnya pucat memelas.
"Veg."
"Vega! Gue gak salah."
"Diem!" bentak Vega.
"Vega ... gue—gue lagi gak...," ucap Sey menggantung.
"Berdiri di sini. Jangan gerak apalagi berisik!" perintah Vega, lantas pergi dari hadapan Vega.
Sey mengusap wajahnya gusar. Di sinilah ia menjadi pusat perhatian. Di mana tatapan orang tertuju padanya, termasuk para guru-guru. Ternyata benar, Vega akan berubah saat di sekolah. Dia main hakim sendiri, tidak mau mendengar penjelasannya.
Kalau diberikan waktu untuk memaki, Sey akan memaki sekarang. Enak sekali ketiga murid itu, mereka yang membuat gaduh tapi dirinyalah yang dihukum. Dunia memang tak adil untuknya.
Di depan sini ia bisa melihat Devi sedang menatap khawatir sekarang. Entah, dia melihat kejadian tadi atau tidak. Ia berharap pada Devi untuk membantu membebaskan dari hukuman.
Jika hari ini ia sedang sehat, ia akan menjalani hukuman ini dengan ikhlas. Hari ini badannya kurang sehat, kepalanya teramat pusing.