Kondisi Sey mulai membaik. Sey juga sudah bisa berbicara banyak sekarang. Devi heran, bukannya setelah pingsan diam, merenung, suaranya menjadi lemah tapi keadaan Sey berbeda. Saat Sey sadar, mulutnya bergerak mengucapkan kata "Bakso". Ini sebenarnya, dia pingsan beneran atau bohongan sih?
Devi tidak menuruti permintaan Sey. Ia malah membelikan Sey bubur ayam. Apa pun makanannya, Sey tidak akan menolak. Toh, yang ada di pikiran Sey hanya tentang makanan. Tadi Vega sempat menitipkan sebungkus roti dan sebotol air mineral untuk Sey. Jujur saja Devi malas memberikannya tapi karena amanah, Devi harus memberikannya.
Sey hanya mengangguk, tidak memakan atau meminum air pemberian Vega. Dalam anggukan Sey itu, Devi dapat merasakan kekesalan yang terpendam. Entahlah, Devi bukan peramal seperti Pak Deden, yang bisa menebak-nebak sesuatu dengan benar.
"Sey lo masih laper?" tanya Devi dibalas gelengan oleh Sey.
"Ke kelas yuk Dev," ajak Sey.
"Lo serius udah gak papa?" tanya Devi khawatir.
"Gue gak papa astaga. Lo bersikap kayak gini seakan gue mau menghadap ajal," ujar Sey asal ceplos.
"Omongan lo Sey," tegur Devi.
Sey cekikikan, ia turun dari brankar. Tanpa menunggu Devi terlebih dahulu, Sey sudah pergi ke luar UKS. Devi menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat Sey baik-baik saja rasanya ia sangat lega. Lihat saja dia, dia berjalan dengan sangat gagah walau ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabatnya itu.
Sey menongolkan kepalanya di pintu. "Wei, ngapain lo di situ? Lo tahu gak si Dev kalau ada—"
"Halah ee lo!" potong Devi ketus lantas meninggalkan UKS.
***
Vega masuk ke ruang UKS yang telah kosong. Ia mengembuskan nafasnya kasar. Rasa kecewa dan perasaan bersalah muncul di dalam hatinya. Melihat sebotol air dan sebungkus roti pemberiannya yang masih utuh membuat perasaan bersalah bertambah berkali-kali lipat.
Vega membawa roti dan air itu keluar dari ruang UKS. Langkahnya terhenti, saat melihat punggung Devi dan Sey yang semakin lama semakin menjauh. Benar, Sey adalah orang yang sangat kuat. Tanpa sadar senyumnya mengembang, menatap roti dan air mineral itu kembali.
"Fer!" panggil Vega.
Dipanggil pun menoleh. "Ada apa Veg?"
Vega mendekati orang itu kemudian memberikan roti dan air itu ke dia. "Buat lo."
"Oh, okey. Makasih bro! Kebetulan gue lagi haus."
***
"Hm ... sorry ya. Gara-gara gue lo jadi kena hukum."
Devi menggeram marah menatap tajam ke 3 orang cewek yang ada di depannya, sedangkan Sey hanya tersenyum menanggapi mereka bertiga.
"Enak banget ya lo! Lo kira peraturan ini mainan? Kalau lo mau maaf dari Sey, lo harus jelasin ke Vega!" sambar Devi penuh amarah.
"Devi! Udah gak usah ... gue udah gak papa kok," tegur Sey menatap Devi lalu beralih ke mereka bertiga.
"Oke, gue bakal ngomong ke Vega," ujar salah satu cewek itu menyetujui syarat yang Devi berikan.