Sey memeluk kedua kakinya. Tangisan pilu menyesakkan terdengar dari dini hari tadi. Tiba-tiba Sey terbangun dari tidurnya. Mimpi buruk itu kerap kali muncul, ketika dirinya lemah dan terpuruk. Itulah alasan kenapa Sey selalu ceria di depan semua orang. Semata-mata untuk menghindari kejadian ini.
Tangannya mengambil handphonenya. Ia ingin menghubungi seseorang tapi ia tak tahu siapa yang hendak ia hubungi. Devi, yang menjadi sahabat terdekatnya pun tidak tahu tentang rahasia besar ini. Siapa? Siapa yang akan ia hubungi?
Ting
Sebuah pesan masuk. Dari nomor tak dikenal. Sey tidak ingin membukan pesan itu. Sey sangat takut kalau pesan itu berasal dari mereka.
08xxxxxxx
Hei, apa kabar?
Deg
Refleks handphonenya terlempar saat melihat pesan itu. Air matanya mengalir begitu saja. Rasa sakit itu kini kembali hadir, hanya dalam sebuah pesan singkat. Ia membencinya! Ia tak ingin bertemu dia, apalagi mereka.
Sampai pada akhirnya Sey yang kuat pun akan menjadi sangat lemah pada waktunya. Bukan! Bukan pada waktunya, tapi, sedari dulu dirinya memang lemah. Hanya topeng yang menyembunyikan semuanya.
***
Devi mengetuk-ketukan kakinya di lantai sambil melipat kedua tangannya, menunggu Sey keluar dari rumah. Sebenarnya, bisa saja Devi langsung menerobos masuk ke dalam kamar Devi tetapi saat ini ia tidak mood untuk membangunkan si Sey kebo.
Ia melirik arlojinya. Astaga sudah jam segini? Dan Sey mungkin belum bangun. Devi menepuk dahinya pelan, ia lupa kalau dia suka sekali begadang. Menghabiskan waktu dia dengan laptop.
Baru saja kakinya hendak melangkah ke arah rumah Sey. Tiba-tiba sesosok tubuh mungil, bertas hitam besar tertempel dipunggungnya, muncul di balik pintu. Tak lupa dengan senyuman secerah pelangi.
"Lo senyum-senyum gitu kayak orang gila Sey!" teriak Devi.
Sey mendongkak, menatap Devi sendu kemudian terkekeh pelan. Ia melihat Devi menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.
"Senyum itu ibadah Dev," ucap Sey sedari melihat-lihat sepedanya, takut ada kendala.
"Ibadah sih ibadah tapi lo senyum kayak ke setan tau!" cetus Devi sambil menaiki sepedanya, "eh btw Sey. Lo gak pantes sumpah pake tas segede gaban. Tas sama lo, gedean tas. Liat aja sih nanti, anak-anak pada ketawa." Lanjutnya tergelak.
"Ye suka-suka gue lah. Mau gue pake tas segede gaban kek. Mau segede karung beras kek. Gue yang make, apa urusannya sama lo?" ujar Sey sewot.