Una Estrella

Sherinauci
Chapter #16

Devi tahu

Weekend kali ini Sey menghabiskan waktunya di rumah Devi. Kebetulan kedua orang tuanya baru pulang dari luar negeri. Mereka membawakannya beberapa oleh-oleh. Orang tua Devi menganggap Sey seperti anaknya sendiri. Begitu pun Devi yang menganggap Sey, seperti saudaranya sendiri.

Sey tampak ceria sekarang. Suara riuh tawa memenuhi ruang keluarga. Sey, Devi dan kedua orang tua Devi menghabiskan waktu libur dengan menonton film horor. Beberapa kali Devi berteriak, membuat Sey tertawa terbahak-bahak melihat wajah ketakutan Devi.

"Kamu ini Sey. Bahagia banget liat Devi ketakutan," ucap Rena-Ibu Devi ikut tertawa.

"Muka anak kita, kan lucu kalau takut," timpal Juna-Ayah Devi.

Devi memberengut kesal, pasalnya mereka berdua datang ke sini hanya untuk meledeknya. Seharusnya hari libur digunakan untuk liburan, bukan menonton film horor. Devi menatap Sey horor, dia masih cekikikan bersama kedua orang tuanya. 

"Menyebalkan." Dengus Devi kesal.

"Yaudah. Habis ini kita ke mana?" tanya Juna.

"Gak tahu," jawab Devi jutek.

Juna menatap Sey. "Anak itu kenapa Sey?"

"Badmood Om," jawab Sey sambil menoel-noel pipi Devi.

***

Pada nyatanya orang tua Devi tidak mempunyai banyak waktu untuk Devi. Baru saja dirinya, Sey dan kedua orang tuanya hendak berangkat jalan-jalan ke luar, tiba-tiba saja orang tuanya mendapatkan telepon. Ini yang sangat menyedihkan. Berminggu-minggu mereka bekerja dan baru 1 hari mereka di sini, mereka mau kembali lagi. 

Devi sedih tapi ada Sey di sampingnya. Dia yang selalu memberikan semangat untuk dirinya, membuatnya tertawa, menghilangkan rasa kekosongan pada dirinya. Orang tua Devi adalah orang yang paling dan sangat sibuk. Seandainya ia bisa membeli waktu mereka, ia akan membelinya.

"Udah dong Dev. Gak asik lo, sedih mulu!" ucap Sey kesal.

"Gue cuma aneh sama mereka. Apa emang bener ya, gue itu anak pungut? Mereka—"

"Devi! Lo gak boleh gitu! Masih untung lo punya orang tua! Masih untung lo bisa ngeliat mereka. Kalau gue? Dibandingkan dengan gue, hidup gue jauh lebih miris," ungkap Sey geram, pasalnya Devi selalu mengulang kalimat itu beberapa kali.

"Iya gue tahu, lo hidupnya lebih miris dari gue." Devi menatap Sey, tak lama menatap Sey tatapan Devi beralih pada pemandangan di Rooftop rumahnya.

"Jelek banget sih muka lo," hina Sey.

"Muka lo juga jelek banget Sey."

"Seriusan. Lo lebih jelek dari apa pun," balas Sey.

"Lo lebih jelek daripada kutu unta," timpal Devi tak terima.

Sey terdiam. "Memangnya, lo pernah liat kutu Onta kayak gimana?"

Devi mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Belum sih ... nanti deh, gue serching di mbah gugel."

"Ye! Ngapain lo nyebut kutu Onta kalau gak tahu? Siapa tau kutu Onta lebih cantik." Sey menjitak kepala Devi.

Lihat selengkapnya