Vega diam, memperhatikan setiap sudut rumah kediaman Ayah tirinya. Apakah ini terlalu cepat untuk bertemu dengan orang yang telah merengut posisi Ayah kandungnya? Baginya sosok mendiang Ayahnya tidak akan pernah bisa digantikan oleh siapa pun. Mau dia mempunyai hati bak malaikat pun ia tidak akan pernah membiarkan orang baru masuk ke dalam hidupnya.
Ia mengembuskan nafasnya pelan. Bagaimana pun ia sudah berjanji pada Maya untuk datang hari ini. Dengan setengah hati, akhirnya Vega melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah besar itu.
"Siapa kau?" tanya seseorang membuat Vega menoleh.
"Gue Vega, anak Bunda Maya," ucap Vega memperkenalkan diri pada lelaki itu.
Lelaki itu mengangguk-ngangguk mengerti. "Yasudah, kenapa tidak masuk?"
"Kau siapa?" tanya Vega ragu.
"Sudah berbulan-bulan Ibumu menikah, kau tidak mengenalku? Aku Kakak tirimu," kata lelaki itu sambil terkekeh pelan.
"Kakak tiri," ulang Vega masih tak percaya kalau dirinya ternyata mempunyai seorang Kakak Tiri.
"Kok gak langsung masuk? Masih canggung ya? Bundamu sudah menyiapkan makanan untukmu," kata lelaki itu, kemudian dia masuk ke dalam rumah. Diikuti oleh Vega yang mengekor di belakang.
"Harry sayang!" panggil Maya berlarian ke arah Vega. Raut wajahnya ceria, memperlihatkan rasa kebahagiaan ketika melihatnya.
Maya memeluk Vega erat, refleks tangannya mengerat membalas pelukan Maya. Tatapan utamanya kini tertuju pada pria paruh baya dan Kakak tirinya sedang mengobrol serius. Ia yakin kalau pria paruh baya itu adalah Ayah tirinya. Dari tampangnya, dia sepertinya orang yang otoriter dan kasar.
Maya melepaskan pelukannya. "Bagaimana kabarmu sayang?" tanya Maya.
Vega mengangguk. "I'm fine Mom," balas Vega.
"Ayo duduk dulu bareng Ayah dan Kaka tiri kamu." Maya menggenggam telapak tangannya erat, kemudian menariknya ke sofa ruang tamu. Di mana Ayah dan Kakak tirinya duduk.
"Mas, perkenalkan ini Vega anak aku," ucap Maya lembut memperkenalkan anaknya pada suaminya.
Pria itu berdiri lalu tersenyum. Maya menyenggol lengannya, mengode agar Vega mau menyalami Ayah tirinya. Tanpa membuang waktu lagi, Vega mengambil telapak tangan pria itu kemudian menyalaminya.
"Vega Om," ucap Vega canggung.
"No! Papah, saya sudah menjadi Papa kamu," jelas pria itu.
"Oh... okay. Papah?"
"Good. Dan Vega, ini Arestara, dia Kakak tiri kamu." Pria itu memperkenalkan anak dia padanya.
Ares menjulurkan tangannya. Vega yang mengerti pun langsung membalas jabatan tangan Ares.
"Vega Harry Pangestu."
"Arestara Adenna."