Una Estrella

Sherinauci
Chapter #25

Berbahaya

Sudah berusaha beberapa kali Vega mendekati Sey dan beberapa kali juga Vega diacuhkan oleh Sey. Hari-hari dia datar seperti papan berjalan. Tak ada senyum atau pun sapa, bukan hanya untuknya melainkan dengan orang lain juga. 

Selama seminggu juga Sey tidak berbicara dengan Devi. Bagaimana tidak? Devi saja diacuhkan apalagi dirinya. Diam-diam Vega mengikuti Sey. Memperhatikan Sey dari arah kejauhan. Terlihat ada seorang pemuda keluar dari mobil. Dia mengecup kening Sey lalu mengacak-ngacak rambut Sey pelan.

Vega mengepalkan tangannya. Merasakan gejolak api cemburu di dalam dirinya. Apa dia Kakak tiri Sey? Dia benar-benar gila. Sey seperti boneka, sudah pasrah diperlakukan apa pun oleh Kakak tirinya itu. Ini tidak bisa dibiarkan. Jika dibiarkan seperti ini saja maka Kakak tiri Sey akan berkepala besar.

Mobil mereka melesat membelah jalanan meninggalkan rasa sesak di dalam hati Vega. Tidak, Sey tidak salah sama sekali. Hanya Kakaknya yang tidak waras. Entah kenapa ia merasakan kalau dia--Kakak tiri Sey hanya sekedar Obsesi bukan cinta. 

Vega mengembuskan nafasnya. "Gue akan nolong lo Sey," gumam Vega.

***

Di dalam mobil, Sey hanya diam. Tidak berniat untuk berbicara atau pun menjawab pertanyaan Derel. Derel tidak kesal atau marah pada Sey karena dia tidak mau menjawab pertanyaan. Menurutnya Sey diam seperti ini adalah sebuah bentuk kepatuhannya. Lebih baik diam dari pada berkata kasar.

"Sey. Kakak ingin kau berkata sesuatu," ucap Derel matanya sesekali melirik Sey.

"Apa?" 

"Apa kau tidak menginginkan sesuatu? Seperti barang atau makanan?" tanya Derel dibalas gelengan oleh Sey.

"Lepasin Sey," cicit Sey pelan.

"Kakak tidak mengikatmu. Apa yang ingin Kakak lepaskan?" 

"Hubungan ini Kak. Sadar, kita ini saudara. Sey benci menjalin cinta dengan saudara sendiri dan ini sudah melanggar norma agama!" ungkap Sey.

Derel terkekeh pelan. "Banyak Sey! Di luar sana banyak saudara tiri yang saling mencintai bahkan ada yang sampai menikah!" jelas Derel sabar.

"Tapi Sey benci hubungan seperti itu!" sela Sey sedikit ketus.

"Benci atau pun tidaknya dirimu, itu tidak penting. Apa kau tau? Ada pepatah mengatakan ada cinta karena terbiasa. Kakak yakin kalau kamu akan mencintai Kakak," kata Derel membuat bulu kuduk Sey merinding.

"Hiks... Sey gak mau! Lepasin! Sey mau ketemu Bang Ares!" Sey menggedor-gedor kaca mobil.

"Lepasin Sey!"

"Buka pintunya Kak!" Sey menggedor pintu mobil Derel seperti orang kesetanan.

"Sey... Kakak belum marah. Apa kamu mau melihat kemarahan Kakak?" tanya Derel datar.

Sey diam, menghentikan aktivitas menggedor-gedor jendelanya. Ia diam, menundukkan kepalanya takut. Derel benar, semua yang dilakukan Sey adalah sia-sia. Untung saja Derel masih bisa menahan emosinya. Kalau dia sudah berada ditahap ubun-ubun, bisa-bisa dia menyakitinya lagi. 

"Anak pintar. Jangan buat Kakak marah sayang. Kakak tidak mau kamu terluka," ucap Derrel mengelus rambut Sey pelan.

Lihat selengkapnya