Unauthorized Life

Ajeng Meira
Chapter #2

1

"Kau selalu menangis, pada akhirnya kau tetap bangkit. Kali ini kau berhenti." Wanita berwajah culas berdiri di hadapan sebuah mayat yang berlumuran darah mulai dari kepala hingga kaki."Bagaimana caranya bisa terlihat setenang itu?"

Wanita itu berjongkok dan menyangga wajahnya sambil memperhatikan wajah mayat itu. Mata mayat itu menatap kosong. Bercak darah terlihat di pipi. Aliran darah mengalir dari sudut bibirnya.

"Kau terlihat damai, oh, Diriku Sendiri," puji wanita itu.

Dua wanita itu memiliki wajah yang sama persis. Yang membedakan mereka hanya sebuah fakta bahwa salah satunya telah mati mengenaskan, sementara satunya masih hidup dan baik-baik saja.

"Mungkin ini kutukan karena aku terlalu jahat." Wanita itu berdiri dan berbalik, tak tertarik lagi dengan mayat yang dikaguminya sejak tadi.

Wanita itu berjalan ke arah cahaya. Semakin didekati, cahaya itu seolah bisa bergerak dan menelannya.

"Mati, tapi masih hidup. Inilah karmaku."

Wajah culas itu menunjukkan senyum licik. Matanya melihat ke arah lain, seolah ada orang di tempat antah berantah itu. Nyatanya, tak ada siapapun kecuali dirinya sendiri.

"Aku akan menghukum diriku sendiri, disaat yang bersamaan juga menikmati jalan cerita yang kuciptakan sepenuh hati." Wanita itu membuka kedua tangannya lebar-lebar.

Cahaya itu semakin membesar, menculik kegelapan untuk dimakan hidup-hidup. Seolah menjawab pernyataan wanita itu, cahaya itu menyeruak dua kali lebih cepat dan menelan wanita itu sepenuhnya hingga tak terlihat lagi.

Putri Aimara membuka kedua kelopak matanya. Wajahnya yang murung menatap pelayan di sekitarnya.

"Tuan Putri, apa ada yang mengganggu Anda?" cek si Pelayan.

Aditi Shanti, yang bersemayam dalam tubuh Putri Aimara, menghela napas. Hal tersebut sontak membuat para pelayan menggigit bibir gelisah. Bagaimana tidak? Sosok Putri Aimara yang diciptakan Aditi Shanti adalah seorang perempuan berhati lembut yang selalu memandang dunia dengan positif dan tidak pernah mengeluh. Dia adalah gadis muda yang selalu diliputi senyum dan doa baik, baik dia yang menuturkannya atau orang lain yang melakukannya untuknya.

Pernah ada di satu chapter dimana Aimara lagi-lagi dijahili oleh Havara. Havara hampir membunuhnya dengan ular beracun raksasa sebelum Pangeran Berkuda Putih datang menyelamatkan Aimara. Begitu Aimara tersadar, dia berkata pada Pangeran Berkuda Putih untuk tidak membunuh Havara walaupun dia hampir mencelakakan nyawanya.

Lalu, sekarang Aimara mendengus melihat pelayan di sekitarnya. Tentu saja hal itu terlalu kontras untuk disaksikan di wajah seorang yang penuh syukur tiap harinya.

"P-putri kesayangan kita tidak pernah menunjukkan ekspresi seperti itu sebelumnya. Dia terlihat sangat kesal dan marah."

"Apakah jangan-jangan dia dirasuki oleh roh jahat?"

Mata Aimara tertuju pada pelayan yang barusan bicara. Pandangan nyalangnya menyasar pelayan itu seperti seekor elang menemukan anak ayam.

"Bisakah kalian meninggalkanku sendirian untuk sementara waktu?"pinta Aimara.

"B-baik, Tuan Putri."

Pelayan bergegas keluar dari kamar Sang Putri yang terlihat kesal di pagi hari.

Lihat selengkapnya