Unauthorized Life

Ajeng Meira
Chapter #34

33

Satu hari tepat setelah Havara pergi tanpa embel-embel pamitan, markas buatannya menghilang seperti tirai yang terangkat dan menguap di udara. Cahaya ungu, warna ungu gelap dan aura gelap yang menyelimuti tumbuhan di dalamnya memudar. Pemandangan sekitar berubah menjadi hutan biasa. Aditi, Albert, dan Gaon menyaksikan menghilangnya markas Havara dengan sedikit rasa waspada.

Aditi menyapu pandangan ke sekitar. Dia menghembuskan napas lega. Tak ada yang menyambut mereka bertiga dengan senjata.

Dengan hilangnya markas, mau tidak mau, mereka bertiga harus mencari tempat lain untuk bersembunyi.

Aditi menyanggah usulan di kepalanya. Dia menyeringai percaya diri. "Kenapa harus bersembunyi? Tuan Tiran sudah tak bisa mengawasi kita, kita tinggal di alam bebas saja."

Albert melirik Gaon sebentar sebelum menyanggah Aditi,

"Di luar dingin, Aditi. Kau yakin tidak butuh atap dan dinding?"

Gaon menambahkan, "Benar, Creator. Kita setidaknya butuh gua jika ingin tetap berada di dalam hutan."

Albert menyipit menatap Gaon. Dia menoleh kembali ke arah Aditi. "Tidak, gua bukan keputusan yang bagus. Jika kita dihadang musuh di pintu gua, kita akan tersudut dengan cepat."

"Kalau begitu, pemukiman?" usul Gaon.

Aditi ganti yang menggeleng. "Jika Tuan Tiran menemukan kita, akan jatuh korban jiwa dari para penduduk."

"Lalu, kemana?" bingung Gaon.

Albert memijit dagu. "Sepertinya tempat terbuka cukup bagus."

Gaon mendaratkan kedua tangannya ke pundak Albert dan mulai menggoyangkannya seperti pohon kecil. "Lalu kenapa kau tadi ikut menyanggah Creator?"

"Aku sebenarnya hanya ingin melihat seberapa peduli kau pada Aditi," jawab Albert dengan wajah batu.

Gaon mengguncangnya semakin kuat.

Aditi berjalan meninggalkan mereka berdua menuju ke arah utara, arah istana. Dia mengelus perutnya yang kosong. Pandangannya sedikit berputar, tapi Aditi berhasil mengendalikan dirinya dengan baik. Langkahnya pelan tapi pasti. Dua orang yang sedang berkelahi itu seketika membubarkan diri dan menyusul Aditi untuk berjalan beriringan.

"Apakah ini berarti kita tidak akan bertemu Havara lagi hingga perang meletus?" Aditi memijit pelipisnya.

Gaon berdiri di sebelah kiri Aditi. "Benar, Creator."

"Sayang sekali." Aditi menoleh ke arah kanan. Matanya sedikit melebar.

"Bagaimana, Aditi?" tanya Albert antusias.

Aditi menyipit heran, menoleh ke arah Albert. "Apanya?"

"Aku kira kau butuh bantuanku." Albert menunjuk dirinya sendiri.

Lihat selengkapnya