Hari ini adalah hari yang membuat perasaanku bercampur aduk. Ini hari terakhirku dirumah. Aku sudah mengemas semua keperluan yang harus kubawa. Ibu dan oma membantuku mengurus semuanya. Aku melamun memperhatikan setiap sudut kamarku. God, I’m gonna miss this room. Aku berharap bisa kembali pulang ketika liburan nanti. Selama 4 tahun kedepan aku akan disibukkan menempuh pendidikanku. Tapi, apakah aku bisa melakukannya dengan baik dan lancar? Entahlah, yang aku tahu, aku harus membuktikan banyak hal ke ayah.
Angin bertiup dari jendela kamarku. Aku melihat suasana luar dari jendela. Hawa dingin dan cuaca mendung seakan ikut merasakan suasana hatiku. Belakangan, lagi dan lagi aku mendengar pertengkaran orangtuaku. Sudah beberapa hari ibu juga tidak ikut ayah membantu mengurus bisnis. Ibu dan oma lebih sering terlihat memasak didapur, dan kebetulan hari ini mereka sengaja memasak makanan kesukaanku untuk dibawa besok pagi.
Aku sangat nervous menantikan hari esok. Selama ini aku tak pernah berkunjung ke kota-kota besar, apalagi Jakarta yang cukup jauh dari kota kecilku. Aku terperanjak dari lamunanku setelah mendengar suara ayah dan ibu yang sedang bertengkar. Hatiku semakin tak tenang. Rasanya aku ingin segera keluar dari rumah ini.
Setelah makan malam, aku pergi kekamar oma untuk menceritakan apa yang aku rasakan. Oma memintaku untuk tidur dikamarnya sebelum aku benar-benar pergi esok hari.
“Oma, apakah Oma akan baik-baik aja kalo aku pergi? Nanti siapa yang menemani oma kalo Ayah dan Ibu bekerja?”
“Aduh, kamu jangan pikirin oma. Kamu harus fokus dengan pendidikanmu.”
“Tapi oma ...”. “Sssttt,” oma menghentikanku dan mengalihkan pembicaraan.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Kami bercerita banyak hal. Namun oma memaksaku untuk beristirahat karena aku harus mengejar flight jam 9 pagi.
Aku memaksakan diri untuk tidur, tapi tak bisa karena terlalu banyak hal yang sedang aku pikirkan. Aku memutuskan untuk berchatting-an dengan kedua temanku. Mereka memberiku semangat untuk bisa melalui semuanya. Tadinya aku berharap mereka ada disana bersamaku, menggapai impian kami bersama-sama.
Tiba-tiba aku mendengar suara sesenggukkan dari belakang. Aku menoleh dan melihat oma sedang berbaring membelakangiku. Aku yakin oma berpikir aku sudah tidur. Oma pasti sangat sedih dengan kepergianku besok. Namun, aku tak berani mengajak oma berbicara, aku takut tidak bisa menahan kesedihanku.
***
“Han, kalo kamu lepas status, jangan lupa ngabarin kita.” pesan Alisha. Ia dan Fara sengaja datang membantuku bersiap-siap untuk mengantar ke bandara.
Aku menatapnya bingung, “Status apa?”
“Idih pake ditanya lagi. Status jomblo akut dong.” Alisha dan Fara tertawa terbahak-bahak.