unbroken

Hadley
Chapter #4

#4

Hari demi hari kulalui, so far berjalan dengan lancar. Aku juga mendapatkan teman baru bernama Della yang juga tinggal di asrama dalam beberapa waktu. Della adalah mahasiswi semester 3 yang mengambil jurusan Hukum. Dia tidak terlihat begitu ramah karena jarang tersenyum, rahangnya yang cukup tajam menjadikan wajahnya tampak lebih tegas, sangat cocok dengan jurusan pilihannya yang sering dikenal dengan image yang keras dan tegas, tapi sebenarnya Della tipe teman yang cukup menyenangkan. Kami cukup sering bersama untuk membeli makanan atau hanya sekedar keluar asrama mencari udara segar.

Aku mengikuti ospek yang tidak terlalu memusingkan. Tapi, hingga hari ini aku belum menemukan teman yang cocok dikampus. Jujur saja lingkungan pertemanan di kampusku seperti ada kubu-kubu tertentu. Tidak tahu kenapa, mungkin perbedaan gaya hidup adalah salah satu faktor yang mempengaruhinya. Hmm, millennials. Kampusku termasuk kampus favorit yang juga menjadi incaran orang-orang kelas atas.

Hari ini aku harus dikampus sebelum jam masuk. Dosen yang mengajar kelas ini cukup killer dan ditakuti banyak mahasiswa. Dia adalah Pak Martin, mengajar mata kuliah Public Relations International. Salah satu subjek favoritku.

Aku sampai dikelas ketika masih kosong. Beberapa menit kemudian, seorang wanita masuk dengan kepala tertunduk. Dia duduk tepat dibelakangku. Aku menoleh kebelakang dan mencoba berinteraksi.

“Hi, aku Hanna.” Sapaku menjulurkan tangan. 

“Sophie” Jawabnya sambil memainkan handphone sesaat sebelum meraih tanganku. Jika diperhatikan lebih dekat, dia terlihat seperti memiliki darah campuran Timur Tengah. Tubuhnya tinggi, eksotis, dan sedikit kurus. Bagaikan tubuh seorang model catwalk yang sering kita dilihat di televisi. Semoga dia tipe teman yang menyenangkan, pikirku.

Beberapa mahasiswa memasuki kelas dan duduk tidak jauh dari posisiku. Mereka mengajakku dan Sophie berkenalan. Sama seperti pria-pria lain yang senang mencari perhatian wanita, mereka sedikit lebih bersahabat. Mereka adalah Kevin, Bima, Reino, Azka, dan Fachri. Hmm, menarik. Mereka humoris dan ramah. Bima adalah yang paling menonjol diantara yang lain. Berambut gondrong, berbrewok tipis, dan bertubuh tinggi seperti model. Sedikit seperti fuckboy yang digilai banyak wanita. 

Kelas berjalan dengan lancar. Pak Martin menutup perkuliahan dengan memberikan tugas individu sebelum keluar kelas. Ketika aku sedang asyik membuat mind map, beberapa mahasiswi yang duduk dibangku belakang tampak asyik bercanda, tertawa terbahak-bahak dan berjalan menyenggol mejaku. Beberapa bukuku terjatuh, tapi tak satupun dari mereka bertanggungjawab.

Sambil tertawa, salah seorang dari mereka melihatku. “Sorry.”. Hanya satu kata, dan mereka keluar kelas tanpa membantuku memungut buku. Fuck! Bisikku geram.

***

Lihat selengkapnya