unbroken

Hadley
Chapter #5

#5

Semester pertama berhasil aku lewati. IP (Indeks Prestasi) yang kuperoleh juga tidak mengecewakan. Aku memberitahu kedua orangtuaku mengenai kabar gembira ini. Seperti biasa, ayah tidak banyak berkomentar mengenai pencapaianku. Namun, ibu dan oma masih tetap memberi semangat.

Deadline tugas menumpuk. Jujur saja aku cukup jenuh dengan rutinitas perkuliahan yang sedikit menuntutku untuk tampil sempurna. Aku jauh lebih menyukai tugas individu yang tidak membuatku stress. Belakangan tugas kelompok hampir membuatku gila. Aku selalu kebagian anggota kelompok yang membuatku muak. Untung saja Sophie masih mengulang satu kelas terakhir di semester ini dan aku bersyukur kami berada dikelompok yang sama. Nayla and the gang datang terlambat. Lagi dan lagi. 

“Kenapa sih mereka harus sama kita lagi?” tanyaku pada Sophie.

“Lagi sial kayanya.” jawab Sophie cukup kesal.

“Gue udah cape jadi tameng mereka tiap presentasi.”

“Jujur gue heran deh, kenapa yah IP mereka bisa tinggi? Gue gak pernah tuh liat mereka belajar. Dikelas juga mainin handphone mulu” kata Sophie.

Sama seperti Sophie, aku juga cukup penasaran dengan hal itu. Apa perlu yah harus cantik untuk jurusan seperti ini? Tak bisa dipungkiri, hal-hal yang berhubungan dengan Public Relations memang membutuhkan penampilan yang menarik. Tentu saja Nayla dan teman-temannya mendapat perhatian lebih karena penampilan mereka yang bisa dikatakan sempurna. Nayla berbicara dengan nada lembut, suara dambaan pria. Dia sering menjadi pilihan utama para dosen sebagai MC dalam berbagai event, selain itu ia juga sering dipilih mewakili kelas kami dalam sesi pemotretan untuk keperluan kampus. Nayla dan teman-temannya memang memiliki nilai plus dalam hal itu. Tapi, berapa lama mereka akan bertahan? Bukankah dunia terlalu keras bila hanya mengandalkan kecantikan? Ah, mungkin aku dan Sophie hanya iri pada mereka.

“Sorry yah temen-temen. Tadi macet.” kata Nayla santai.

Aku dan Sophie tak banyak berkomentar. Kami langsung mengerjakan bagian tugas yang harus diselesaikan. Seperti karakter-karakter cewek cantik dan centil dinovel atau film remaja, mereka tidak jauh berbeda. Mereka tidak jahat, hanya saja mereka tidak peduli dan melimpahkan semua beban tugas pada anggota kelompoknya. Clichè? Sangat. Tapi faktanya, kamu akan berjumpa dengan orang-orang seperti ini di kampus. Ketika aku dan Sophie sibuk mengerjakan bagian kami, mereka tidak menyelesaikan bagian mereka. Justru sibuk memainkan Handphone, bahkan ada yang duduk menjauh karena harus menerima telfon dari pacarnya. 

Sophie mengodeku untuk pulang meninggalkan mereka setelah selesai mengerjakan bagian kami. 

“Kita cabut duluan yah. Gue udah ditelfon nyokap.” Sophie beralasan.

“Oh, yaudah. Lo tetap disini kan, Han?” tanya Nayla.

Lihat selengkapnya