Presentasi. Lagi dan lagi. Untuk kesekian kalinya aku merasa tingkat kepercayaan diriku menurun. Belakangan nilaiku juga ikut menurun. Sophie yang sudah menyelesaikan kelas ulangannya mulai memfokuskan diri dalam persidangan skripsi. Dalam waktu dekat, dia akan segera lulus dan pergi meninggalkan kampus ini. Sejak mendengar komentar Fachri mengenai fisikku, aku cukup menutup diri untuk berkomunikasi dan menghabiskan waktu bersama Fachri dan teman-temannya.
Setelah menyelesaikan kelas hari ini, seperti biasa aku bertukar pikiran dengan Pace Leo sambil bekerja. Dia menceritakan keinginannya untuk berkeliling Indonesia dalam waktu dekat. Sebagian dari diriku juga ingin menjelajahi keindahan alam Indonesia, tapi sekarang belum saat yang tepat. Aku harus menyelesaikan pendidikanku dulu dan mencari pekerjaan tetap setelahnya untuk bisa mewujudkan keinginan tersebut. Betapa beruntungnya orang-orang yang tinggal dekat dengan alam, mereka dapat melihat keindahannya setiap hari tanpa harus memikirkan ongkos.
Saat sedang asyik tertawa dengan Pace Leo, seorang pria masuk. Yah, pria itu lagi. Pria tampan yang aku lihat beberapa waktu lalu. Ia mengenakan jaket hitam dengan dalaman kaos putih. Dia tersenyum kearahku dan Pace Leo. Aku melanjutkan pekerjaanku menata buku-buku yang baru datang sambil memperhatikan kearah Pace Leo dan pria itu. Sepertinya mereka memang teman dekat. Pria ini cukup berhasil membuatku penasaran.
Setelah dia pergi, aku memberanikan diri bertanya pada Pace Leo. “Ka, yang tadi siapa sih?” tanyaku penasaran.
“Sa pu teman jaman kuliah, nona. Produser film. Sa diminta ikut main.”
“Wow. Kaka ambil, kan?”
“Tentu saja tidak. Sa mau keliling Indonesia dulu.”
“Hmm, sayang sekali. Dia langganan beli buku disini yah, Ka?”
“Yoi. De itu cerdas. Idaman para wanita dari lahir sampai sekarang.” Hmm, sudah kuduga. Wanita mana yang tidak ingin berkencan dengan pria sepertinya?
Setelah menyelelsaikan pekerjaan, aku berusaha memejamkan mata. Belakangan kondisi kesehatanku juga ikut menurun. Pikiranku sering tertuju ke Oma. Sudah cukup lama Oma tidak lagi menghubungiku. Kabar terakhir yang kudapat dari ayah adalah Oma sedang menjalani perawatan medis yang mengharuskannya untuk beristirahat total. Aku tak punya banyak pilihan. Aku harus fokus menyelesaikan pendidikanku dengan cepat agar bisa membantu ayah merawat Oma.
***
Hari demi hari kulewati dengan menjalankan aktivitas seperti biasa. Kuliah, kerja, murung, terkadang aku menyempatkan diri untuk menonton film-film baru atau membaca novel. Cukup membosankan. Aku membutuhkan teman cerita. Tapi saat ini aku tak punya siapa-siapa. Pace Leo sedang berlibur keliling Indonesia dalam beberapa waktu. Sophie disibukkan dengan pendaftaran wisuda setelah berhasil melalui sidang dengan nilai memuaskan. Oma sedang butuh istirahat. Ibu sedang, wait dimana ibu? Terakhir kali aku berbicara dengan ibu adalah saat ibu memberitahuku tentang rencana pernikahannya. Tiba-tiba aku ingat Fara dan Alisha yang sudah lama tidak berkomunikasi denganku. Tak sabaran, aku segera menghubungi mereka sekaligus.
“Woiii, Han. Kamu masih hidup?” tanya Alisha.
“Masih, woi. Kalian apa kabar?”
“Baik. Asik. Mantap. Gimana disana, Han? Seru gak? Kamu udah lepas status?” tanya Fara.
“Berat. Biasa aja. Belum.”
“Kenapa nasib kita masih aja yah? Kirain kamu bakal laku keras disana.” kata Alisha