unbroken

Hadley
Chapter #12

#12

Beberapa kali aku terjatuh dan gagal menyelesaikan pendidikanku tepat waktu. Aku berusaha fokus menyelesaikan semester persemester dengan nilai naik turun. Aku mencari judul penelitian yang tidak terlalu menyusahkan. Aku juga ingat kesulitan yang aku hadapi ketika harus mencari narasumber yang tepat, melakukan bimbingan dengan dosen, hingga menyusunnya dalam sebuah penelitian. Namun, hari ini adalah hari pembuktian untuk diriku sendiri, bahwa aku bisa melakukannya dengan baik. Hari ini adalah hari persidangan untuk hasil penelitianku, setelah setahun mengalami banyak sekali penolakan dalam proses penyelesaian tugas akhir ini. 

Jantungku berdebar-debar menunggu giliran sidang. Satu persatu mahasiswa keluar dari ruangan sidang. Ada yang keluar dengan wajah kusut, ada juga yang keluar dengan senyum puas. Aku tak tahu ekspresi mana yang akan terpasang diwajahku.

Namaku dipanggil, aku memasuki ruangan yang dipenuhi oleh audiens dan lima orang dosen. Suhu ruangan terasa semakin dingin ketika aku mulai menyiapkan diri di depan mereka. Satu hal terlintas dipikiranku, aku sudah berjuang sendiri sejauh ini, hasil yang aku dapat akan ku dedikasikan untuk diriku sendiri dan untuk Oma. And I believe I can do it. 

Rasa takut yang tadi kurasakan tiba-tiba hilang seketika. Dengan percaya diri, aku mulai mempresentasikan hasil penelitianku di depan para penguji. Mereka menyimak materi ku dengan serius. Pada sesi tanya jawab, suasana di ruangan terasa sangat-sangat tenang, seakan menunggu bom waktu yang bisa meledak kapanpun. Beberapa dari dosen mencoba mengujiku dengan pertanyaan-pertanyaan menjebak. Aku berusaha tenang dan menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan percaya diri.

Setelah selesai, aku diminta berdiri untuk mendengarkan berita acara pada sidang penelitianku. Aku hanya tertunduk sambil memejamkan mata beberapa saat ketika moderator membacakan nilai. Kepalaku terangkat merasa tak menyangka mendengar hasil yang kudapat. Aku memperoleh nilai A- untuk penelitianku. Seketika, audiens bersorak dan memberikan tepuk tangan. Saat itulah aku merasa bahwa aku tidak sedang bermimpi.

Aku keluar dengan senyum puas. Yes, I did it well. Akhirnya aku bisa membuktikan pada diriku bahwa aku bisa bangkit. Aku cukup bangga dengan hasil yang aku dapatkan. Tapi aku akan merasa lebih bangga jika aku bisa menceritakan tentang hari ini kepada Oma. Sepertinya Oma akan menjadi orang yang paling senang mendengarnya.

Terkadang hal yang paling menyedihkan saat ditinggal selamanya oleh seseorang adalah ketika kamu ingin memberitahu kabar gembiramu kepada orang tersebut, tapi kamu tak lagi bisa menyampaikannya secara langsung. 

Lihat selengkapnya