Namanya Yuvino Sebastian, dia seorang anak laki-laki berusia sebelas tahun yang memakai kaus jersey bertuliskan Messi serta nomor sepuluh di punggungnya dan dilengkapi celana panjang berwarna hitam. Yuvin yang bisa dipanggil Vino, sedang menunggu seseorang di tepi jalan. Bocah laki-laki itu menoleh ke arah kanan dan kini, menunggu kehadiran temannya yang sedari tadi belum datang.
Jika Vino melihat pada jam tangan yang dia gunakan, temannya itu sudah terlambat sekitar sepuluh menit dari waktu yang sudah dijanjikan. Tapi tidak apa, selama atau selambat apa pun temannya datang, Vino akan tetap menunggu, terlebih dirinya sudah berjanji pada temannya itu. Jika siang ini, setelah pulang sekolah. Mereka akan makan ice cream langganan Vino di pertigaan jalan sana. Dan Vino yang bayar.
Vino masih sabar dan tentunya masih setia menunggu kedatangan temannya itu, bahkan di saat sinar matahari mulai menusuk kulitnya hingga membuatnya kepanasan, Vino sama sekali enggan untuk bergerak dari posisinya.
Namun, beberapa menit kemudian bocah laki-laki itu menghela napas sembari menunduk untuk berpikir sejenak.
Apakah dirinya harus pergi dari sini?
"Kak Vinooooo!"
Saat mendengar namanya disebut, Vino mendongak. Senyumnya melebar kala seseorang yang dia tunggu telah tiba. Tapi, ada satu hal yang membuat kening Vino mengerut, kenapa temannya itu datang ke sini menggunakan mobil sedan honda civic ferio berwarna hitam milik orang tuanya?
Tapi, Vino tidak ingin terlalu memikirkan hal tersebut. Karena yang terpenting Alsa sudah tiba.
"Maaf, Kak. Aku baru datang," ucap bocah perempuan berusia delapan tahun, ketika dirinya berdiri di hadapan bocah laki-laki yang menunggunya.
Vino masih tetap tersenyum. "Enggak apa-apa. Ayo, kita pergi."
Belum sempat Vino melangkah dan meraih pergelangan tangan Alsa, bocah perempuan itu terlebih dahulu berkata, "Tunggu dulu, Kak."