Kasih
Bibirmu merah delima
Wangi seperti rambutmu
Halus bagai angin senja
Sesuci
Semurni Kasihmu
Aku terperangkap dalam pelukan
Cinta Pertama
[Anna Mathovani - Cinta Pertama]
Tria masih terlelap di kamarnya yang temaram. Ia sedang bermimpi menjelajah hutan yang ditumbuhi pepohonan raksasa sambil melompat-lompat seperti monyet. Bergelantung dari satu dahan ke dahan lain, berpijak pada pucuk-pucuk pinus raksasa. Lalu terjatuh saat sebuah suara sumbang setinggi tiga oktaf menggaung dari langit. Pria itu berjengit dalam tidurnya. Keningnya berkerut dengan mata terpejam. Tangan kirinya bergerak. Meraba sisi lain tempat tidur ukuran 90 x 120 yang ia tempati. Sebuah bantal berselubung kain katun motif kotak-kotak teraba oleh permukaan telapak tangannya. Segera diraihnya benda itu dan ditimpakan ke sisi lain kepalanya yang terbuka. Tapi percuma. Suara itu tetap menembus tebalnya bantal dakron yang rajin ia jemur setiap hari minggu.
Kesal. Tria kemudian melempar bantal ke sisi dalam ranjang dan bangkit dari tidurnya. Membuka perlahan matanya yang terasa sepat. Ia meraih ponsel dari atas meja tulis di samping ranjang.
08.30
Waktu yang ditunjukkan oleh layar ponsel androidnya. Tria menghela napas. Ini masih terlalu pagi untuknya bangun tidur. Semalam ia begadang. Mengerjakan sketsa pesanan salah satu teman SMA-nya yang akan menikah dua bulan lagi. Sketsa itu rencananya akan mereka gunakan sebagai desain undangan pernikahan yang juga dibuat oleh Tria. Pria itu baru tidur setelah subuh. Saat sketsanya telah selesai dan dikirim melalui surel kepada temannya untuk dikoreksi. Ia lalu bangkit dari ranjang. Meletakkan ponselnya kembali ke atas meja bersama dengan laptop, tablet grafis, pen drawer, dan berlembar-lembar kertas sketsa yang menumpuk rapi di sudutnya.