Lima langkah setelah siswi itu meninggalkan mereka, perhatian Ivan kembali ke Cynthia dan mulai menyampaikan tujuannya. “Sebelumnya kenalin saya Ivan, kak. Saya kelas sepuh empat. Saya udah baca cerpen-cerpen kakak yang ada di mading. Semuanya menarik. Karena itu saya mau minta bantuan kakak buat bikin naskah film.” Ivan mengeluarkan selembar kertas dari saku celananya. Itu merupakan surat izin dari pihak sekolah kepadanya untuk mendirikan ekstrakurikuler film.
“Saya mau rekrut kakak buat jadi penulis skip di film yang saya buat. Saya tahu ini tiba-tiba dan mungkin kakak nggak percaya sama saya. Tapi saya janji, saya bisa bantu kakak dapat ulasan lebih dari kaya tulis kakak.” Tawar Ivan. Negosiasi bukanlah bidangnya. Caranya yang to the point membuatnya sering mengalami penolakan. Dan seperti hal yang sama akan Ivan rasakan lagi.
“Saya nulis bukan untuk mendapat ulasan dari orang, saya nulis untuk diri saya sendiri.” Ivan tersenyum kecut mendengar itu. Di tolak lagi.
Tapi seperti yang sebelumnya di tulis, Ivan selalu menyelesaikan segala sesuatu yang dia mulai. Penolakan sudah menjadi hal yang wajar bagi Ivan, dia hanya perlu membujuk orang itu sampai setuju. Jika tidak, dia bisa mencari penulis lain. Walaupun hati kecilnya tak akan puas karena tidak mendapatkan pilihan pertamanya.