Beberapa anak berlarian menuju kelas mereka atau terancam di detensi karena terlambat, Jean berjalan terburu-buru karena ketakutan yang serupa tapi kakaknya malah berjalan dengan santai dan sok 'cool' atau memang iya!.
"Cepat!" Kata Jean gregetan melihat cara kakaknya berjalan
"Kita terlambat Jean" katanya dengan santai
"Aku tau, tapi setidaknya tidak terlalu lama"
"Lama ataupun sebentar, intinya kita tetap telat Jean, dan kita akan tetap di detensi"
"Bagus" ujar Jean dongkol
Jean mengalihkan pandangannya ke arah loby utama diantara beberapa orang yang berjalan terburu-buru ada seorang lelaki bertubuh tinggi, tegak dengan rambut cokelat muda, yang berjalan santai seperti abangnya sekarang, dan Jean ingat sekali bahwa bagian belakang lelaki itu mirip dengan lelaki yang katanya 'teman' kakaknya. Jean mengambil langkah besar berusaha menyusul lelaki itu dan melihat wajahnya yang menjadi penyebab dia terlambat sekarang. Tapi suara seseorang memanggilnya.
"Jelina!"
Teriak Lucy teman sebangku nya yang mungkin akan menjadi sahabat baru nya. Karena mereka memiliki banyak kemiripan terutama dalam hal, bagaimana rasanya menjadi seorang anak perempuan di tengah lelaki?
"Oh hai" ujar Jean sambil memata-matai lelaki itu.
"Hai Jem!" Kata Lucy sambil tersenyum simpul menyadari kehadiran kakaknya. Dan dibalas dengan anggukan dan senyuman tipis yang bahkan tidak menyentuh matanya, tapi berhasil membuat pipi Lucy yang putih langsung merona. Dalam keadaan seperti ini dia tidak bisa menyalahkan Lucy karena menyukai seseorang bukanlah sebuah kejahatan.
"Kau kelihatan buru-buru sekali" ujar Lucy sambil memandang punggung abangnya yang mulai menjauh
"Kau bercanda!? kita telat, kau pikir apa yang harus kulakukan? Berjalan dengan tenang seperti Jamie?"
Kata Lucy dongkol
"Oh iya, aku belum memberitau mu!" Senyuman Lucy sungguh mencurigakan, tipe senyuman saat seseorang menyembuyikan suatu kesenangan.
"Apa?"
"Hari ini jam pelajaran Mrs. Madison!"
"Well aku tau" Jean menautkan alisnya dia tau hari ini pelajarannya Mrs. Madison seorang wanita tua pendek, gemuk, memakai kacamata berantai, dengan rambut yang selalu disanggul rapi.
"Kau tau dia sudah tua dan penglihatannya tidak terlalu bagus tampa kacamatanya, jadi aku menyuruh Walker untuk menyembunyikannya, agar kita bisa menyusup kedalam kelas tampa ketahuan dan pastinya terbebas dari detensi" senyum kemenangan merekah diwajah Lucy
"Bravo" ujar Jean
mengenal Lucy, Jean merasa terberkati sejauh ini Lucy belum pernah mengecewakannya malahan jean pikir, Lucy adalah teman yang Jean cari selama ini, menurut Lucy, jean agak polos dan Lucy mengajarkan berbagai hal terutama cara tentang berpakaian, berdandan, masalah lelaki, nongkrong dan lainnya. yang tidak bisa diajarkan oleh ibunya dan tidak sempat diajarkan oleh neneknya.
Berkat Lucy jugalah, Jean berhasil menyusup kedalam kelas dan terbebas dari detensi.
Jean memperhatikan Mrs. Madison, bukan pelajaran sejarahnya yang membosankan tapi penampilannya yang membuat siapapun yang melihatnya menahan napas untuk tidak tertawa. Kasihan Mrs. Madison dia sedang menjelsakan barbagai macam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa lalu.
Tapi tak ada didalam kelas itu yang benar-benar menaruh perhatian pada ucapannya. Lucy sedang mecoret-coret bukunya dengan berbagai gambar dan tulisan, beberapa anak laki-laki paling belakang jelas-jelas sedang tidur. Dan ada yang bermain game online, Vanessa Millar si cewek sok cantik yang kedua tangannya sedang di kuteki oleh teman atau babunya Lesley dan Nora. Jean memandang jam diatas meja ms. Madison. 'Huffftt' satu jam lagi Jean harus berjuang melawan rasa malas.
Bagaikan sebuah nyanyian malaikat, jam istirahat berkumandang diseluruh koridor dan ruang-ruang kelas, sontak semua orang yang tadinya bermalas-malasan langsung terrsenyum sambil membereskan barang-barang dan berhamburan keluar kelas. Jean dan Lucy juga melakukan hal serupa dan langsung menuju pintu keluar. Tapi suara Mrs. Madison menarik perhatian setiap orang yang langsung berbalik memandangnya dengan kesal.
"Jangan lupa PR nya halaman 155 sampai 156" kata Mrs. Madison sambil membereskan buku-bukunya kedalam tas. Yang diikuti oleh gumaman tidak setuju dari semua siswa. Tapi apa gunanya membantah!?
"Dan khusus untuk kalian Miss. Davis dan Miss. Grayson, kerjakan sampai halaman 158 " kata Mrs. Madison menurunkan kacamatanya hingga ke ujung hidungnya yang panjang. Sambil menatap Jean dan Lucy bergantian.
"Tapi..." protes Lucy
"Oh kalau begitu sampai halaman 160"
Potong Mrs. Madison sambil tersenyum licik menunggu protes dari Lucy dan Jean lagi.
"Aku belum setua itu nona-nona, dan lain kali jadilah anak yang disiplin. Terutama waktu"
Mrs. Madison mengambil tas nya dan keluar dari kelas.
Jean dan Lucy menatap kepergian mrs. Madison dengan kesal karena diberi tumpukan PR. Ternyata perasaan senang mereka karena terbebas dari detensi hanya sementara. Mereka kaget karena ternyata Mrs. Madison melihat mereka menyelinap ke dalam kelas saat dia membaca bukunya dengan hidung hanya tinggal beberapa senti dari buku.
"Tidak heran kalian telat" Vanessa Millar dengan didampingi oleh temannya Lesley dan Nora, memandang Lucy dan jean dari atas ke bawah
"Dilihat dari dandan kalian berdua, pasti butuh waktu lama untuk bisa tampil cantik, apa lagi dengan wajah seperti itu" kata Vanessa Millar memperhatikan kuku nya yang berwarna merah darah lalu mengalihkan tatapannya ke Lucy dan Jean. Dengan sombong.
"Untunglah aku terberkati dengan wajah cantik dari kedua orang tuaku"
Kata Vanessa Millar memainkan rambut pirang nya yang panjang
"Cantik!? huh..tampang Seperti itu kau bilang cantik!?" Ujar Lucy dengan terkekeh sambil mengeluarkan beberapa tisu dari tas nya
"Ini untuk memperbaiki fodation mu yang terlalu tebal dan ya, jangan lupa noda maskara di bawah mata mu. Kau tau sedikit luntur!, mungkin karena kau beli yang murah"
ujar Lucy tersenyum miring. Puas akan kata-katanya yang langsung memukul Vanessa Millar tepat diwajahnya sehingga dia salah tingkah mengeluarkan cermin kecil dari sakunya. Sambil menatap riasan nya yang memang agak kacau.
"Kalian berdua, awas ya!" Vanessa Millar menatap Lucy dan Jean dengan marah kemudian menghentakan kakinya ke lantai lalu pergi diikuti oleh dua minionnya Lesley dan Nora.
"Aku bahkan tidak tau apa kesalahan ku" kata Jean menatap Lucy dan mengedikkan bahunya. Yang disambut kikikan oleh Lucy.