Under Eighteen

Riri
Chapter #4

Part 3. Black

Keesokan paginya jean bangun lebih cepat dan sudah siap berangkat kesekolah pada saat jamie bangun tidur.

"Tumben" kata jamie melihat jean turun dari kamarnya.

"Termotivasi" kata jean tersenyum

Jean memang punya maksud lain datang terlalu pagi bukan termotivasi untuk menghindari detensi tapi termotivasi untuk melihat lelaki itu.

Setiap Tingkatan memiliki gedung yang terpisah. Dan untungnya loker jean terletak di koridor besar yang menghubungkan lokal untuk tingkat satu dan dua, dengan tangga yang terletak di ujung koridor lainnya menuju ke lantai dua.

Jean berdiri di depan lokernya yang terbuka sesekali melihat ke ujung koridor mecuri pandang kalau dia datang, tapi setelah beberapa saat dia mengaduk isi lokernya mencari sesuatu yang tidak ada.

Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri disamping lokernya sambil menyandarkan tubuhnya, jean bisa melihat kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana jeans belel nya.

Jantung jean memompa dua kali lebih cepat, apakah yang di tunggunya sudah datang? Jean mengangkat kepalanya untuk melihat lelaki itu dan betapa kaget nya dia yang berdiri di sampingnya bukan orang yang diharapkannya melainkan orang terakhir yang ingin dia temui di sekolah itu.

"Hai" kata si lelaki tersenyum lebar

Mengulurkan tangannya kearah jean.

"H..hai" kata jean terbata-bata,

Jean seperti melihat dua orang yang berbeda dari orang yang dilihatnya kemarin di kafetaria, dan dari cerita lucy dan teman abangnya. Seperti memakai topeng dengan senyumannya yang menawan dan jean takut dia akan menunjukkan taringmya.

"Ryan" kata si lelaki masih setia dengan senyuman dan tangannya yang terulur.

"Black?" Kata lucu heran, mengingat cerita lucy dan teman abangnya lagi yang meyebutkan namanya dengan black, yang membuat kesan lelaki itu brengsek.

"Oh well black nama ayahku, ternyata dia lebih populer dari pada aku" Ryan

Mengedikkan bahu dengan sedikit tawa yang membuat jean merasa nyaman.

"Oh maaf...aku mendengar orang menyebutmu black jadi ku kira itu nama mu." Kata jean dengan senyum simpul karena malu

"namaku jelina" kali ini jean menjabat tangan Ryan.

Murid tingkat dua mulai berdatangan dan melihat ke arah mereka berdua, ada beberapa orang dari mereka yang terang-terangan membisikkan sesuatu kepada teman disampingnya, dan jean tau kalau mereka mebicarakannya, dia bisa mendengar bagaimana namanya dan Ryan disebutkan. Jean heran dari mana mereka tau nama jean. Diakan murid baru.

"Ku harap kau mendengar yang baik tentangku jelina, kau tau kan orang-orang sering salah paham." Kata Ryan melepaskan jabatan tangan mereka.

"Yaa...kurang lebih seperti itu" kata jean dengan tersenyum malu, karena kemarin yang mereka bicarakan tentang Ryan hanya kejelekkannya.

Dan apa yang dikatakan Ryan memang benar kalau orang memang suka salah paham, jean tidak mengenal Ryan tapi jean sudah percaya dengan omongan sahabatnya.

"Kalau begitu sampai jumpa lagi, jelina senang berkenalan denganmu"

Ryan tersenyum dan melambaikan tangan ke arah jean.

"Sampai jumpa, dan senang mengenalmu" kata jean yang berupa bisikan kepada diri sendiri.

"Jauhi dia jean" kata jamie yang tiba-tiba berada disampingnya.

Lihat selengkapnya