Jean tidak bisa lama-lama tak berbicara dengan lucy, begitupun sebaliknya karena tanpa disadari ikatan persahabatan keduanya mulai terjalin begitu kuat lebih dari yang mereka pikirkan.
Jean sedang berada di toilet saat lucy datang dan meminta maaf karena sikapnya begitupun Jean langsung meminta maaf. Karena terlalu keras kepada lucy. Dan Drama marah-marahan keduanya pun berakhir.
"Kita harus mengerjakan PR dari Mrs. Madison, besok kan dia punya jam pelajaran dikelas kita" kata lucy sambil merapikan riasannya dicermin.
"Oh iya! aku hampir lupa dengan Mrs. Madison, jadi kita kerjakan dimana?" Jean berdiri sambil menyandarkan punggungnya di dinding dengan tangan disilangkan ke dada.
"Rumahku saja" kata lucy dengan antusias yang tinggi. "Soalnya aku sudah bilang ke mama kalau aku akan kedatangan teman, eh...dan dia sudah memanggang kue untuk kita" sambung lucy dengan sikap canggung.
"Kalau begitu dirumahmu saja." Balas jean.
"Bagus sekali, kalau begitu datanglah sepulang sekolah" air muka lucy kelihatan sangat bahagia, bahkan lebih berbinar daripada saat mereka membicarakan tentang belanja dan lelaki. Dan itu membuat Jean heran karena lucy bukan tipe cewek rajin. Untuk terlalu bahagia saat merencanakan dimana mereka harus mengerjakan PR.
"Bukankah itu terlalu cepat?"
"Akan sangat membosankan kalau kita hanya membahas tentang Pelajaran, jadi kita bisa memanfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan perempuan bersama dikamarku. Oh itu pasti sangat hebat, kita bisa mengecat kuku, mengepang rambut, dan menonton film romantis bersama. Oh my god, aku sudah tidak sabar" kata lucy panjang lebar.
Jean hanya tersenyum dan kemudian mengangguk, dia juga sangat senang dengan ide lucy. Karena tidak ada yang bisa diharapkan untuk melakukan sesuatu seperti itu saat kamu tinggal dengan seorang lelaki.
Jean buru-buru mengganti bajunya sepulang sekolah, dan mengatakan kepada jemie bahwa dia akan pergi kerumah lucy untuk mengerjakan PR bersama.
Lucy datang menjemput dengan mobil tepat saat Jean membuka pintu kamarnya untuk turun kelantai bawah.
Aroma kue yang baru dipanggang menusuk indra penciuman Jean saat lucy membukakan pintu rumahnya.
Seorang wanita cantik bertumbuh ramping dengan rambut pirang strowberry, yang Jean tebak adalah ibunya lucy turun dari tangga lantai dua.
"Oh hai dear" katanya dengan senyum lebar yang lebih ditunjukkan ke arah Jean.
"Hai tante" jawab Jean
"Kau pasti Jelina kan!"
" iya tante"
" Senang sekali hari ini aku kedatangan tamu. Apalagi temannya lucy, dia jarang sekali membawa teman kerumah, hampir tidak pernah seingatku, kecuali saat dia masih kecil" lanjut emely sambil menggandeng Jean ke dapur, sedangkan lucy terlihat agak kesal dengan sikap ibunya yang terang terangan.
"Mah..." protes lucy saat ibunya mulai bercerita panjang lebar ke Jean dan meninggalkan dia yang berjalan dibelakang mengikuti keduanya.
"Lucy adalah anak yang agak pendiam dirumah, dan tidak terlalu senang bersosialisasi, jadi tante takut kalau disekolah dia tidak punya teman. Tapi mendengar dia mau belajar bersama kamu hari ini, tante senang sekali"
Jean kaget mendengar pernyataan Emely, bahwa anaknya adalah orang yang pendiam dan tidak suka bersosialisasi. Jean pikir bahwa lucy mungkin memiliki kepribadian ganda.
"Tenang saja kok tante, lucy orang yang baik dan suka bergaul di sekolah. Dan dia punya banyak teman disekolah" kata Jean sambil menoleh dan tersenyum ke lucy yang cemberut.
"Sudah dulu mah, sesi membokar aib anak sendiri. Aku dan Jean mau keatas dulu." Lucy menarik tangan Jean dan menuntunya ke tangga.
"Kamu lupa kuenya sayang" kata emely ke lucy.