"temanya Lucy!, pantas saja dia tidak turun untuk mengambilkan kamu minuman. Ini baru pertama kalinya dia mengajak temannya kerumah. Tak heran dia tidak punya sopan santun sama sekali" ujarnya mengedikkan bahu dengan malas.
Jean tidak bisa berkata apa-apa melainkan hanya menatap wajah tampannya.
Lalaki itu mengangkat sebelah alisnya kepada Jean sambil tersenyum miring, membuatnya semakin mengagumi ketampanan sekaligus keseksiannya.
'Apakah dia mencoba untuk merayuku?' Batin Jean.
"Bisakah kau menggeser sedikit? Aku ingin mengambil Air minum" ujarnya
Yang membuat Jean langsung salah tingkah hingga wajahnya memerah.
"M..maaf" katanya kemudian memberi lelaki itu jalan. Jean tersenyum dengan malu, dan menggigit bibir bawahnya, karena begitu gugup didepan lelaki ini.
Jean kemudian pergi keatas dengan berjalan terburu-buru dengan detak jantungnya yang mulai menggila.
Dia masuk ke kamar Lucy dan langsung duduk di kursi dan mengambil buku dan membacanya, dia menjadi salah tingkah, karena harus menyembuyikan kebahagiannya.
"Apakah kamu merasa kepanasan Jelina?" Kata lucy menatap wajah Jean.
"Hm..tidak!" Balas Jean.
"Aneh, tapi kenapa wajah mu memerah?" Lucy mengerutkan keningnya.
"Oh ya!?" Kata Jean sambil memegang pipinya.
"Mungkin karena aku berlari dari dapur kesini, makannya wajahku memerah" dustanya.
Lucy kemudian melanjutkan pekerjaannya, sementara Jean berkutat dengan pikirannya, karena ini adalah saat yang tepat untuk menanyakan kepada Lucy, siapa lelaki itu. Jean menarik nafas dalam-dalam menguatkan tekatnya, dan bersiap untuk mendengar setiap kemungkinan yang ada di benaknya tentang hubungan lelaki itu dengan Lucy.
"Errrr....Lucy, aku bertemu dengan seorang lelaki tadi dibawah" kata Jean masih menatap bukunya, dan tidak berani menatap lucy. Dia takut kalau lucy bisa melihat perasaan Jean lewat matanya.
Dia tidak siap mendengar kemungkinan lelaki itu punya hubungan Darah dengan Lucy karena itu pasti akan sulit, dia lebih senang kalau lelaki itu adalah teman atau pecarnya, karena Jean tidak ingin memiliki perasaan kepada saudara sahabatnya, mungkin bagi sebagian orang itu hal menguntungkan karena orang yang kau sukai dan sahabatmu adalah saudara, tapi bagi Jean tidak. Dia tidak ingin menghancurkan persahabatannya dengan Lucy karena rasa sukanya kepada saudaranya.
Memang tidak ada yang tau apa tanggapan Lucy kalau Jean mengatakan rasa sukanya kepada saudaranya Will tapi seandainya kalau Lucy mendukungnya dan jika Will menjadi pacarnya, demi tuhan itu bukan pernikahan dimana kau akan terikat dengan seluruh keluarganya, tapi hanya pacaran yang kalau ada masalah maka akan mempengaruhi hubunganmu dengan yang lain.
"Palingan will, Abangku" ujar lucy tampa mengalihkan tatapannya dari buku.
"Atau pencuri, tapi melihat kamu masih selamat disini. Itu pasti Will, ku kira dia sudah pergi kerumah temannya, dia bisanya pergi sepulang sekolah dan baru kembali sekitar jam 10 atau 11 malam." Sambung Lucy.
Akhinya hal yang ditakuti Jean terjadi dia memang abangnya Lucy.
"Kenapa?" Tanya lucy menatap Jean.
Jean hanya diam tidak bisa berkata-kata butuh waktu untuk memproses semunya, setelah hatinya melambung tinggi kemudian sekarang dihempaskan kebumi, membuatnya hancur berkeping-keping. Menciptakan lukan dihatinya.
'Apa yang harus kulakan sekarang? Apakah harus melenyapkan perasaan ku yang baru saja bersemi? Atau mempertaruhkan persahabanku dengan Lucy?' Batinnya
"Kenapa Jelina. Apa Will macam-macam dengan mu?" Desak lucy melihat diamnya Jean.
"Tidak, dia tidak melakukan apa-apa, aku hanya penasaran karena baru melihatnya" jawab Jean.
"Syukurlah, karena Will itu bisa jadi brengsek kalau berhubungan dengan wanita cantik, dia tidak akan peduli kau sahabatku atau tidak"
"Dan Aneh sekali! padahal jem dan Will bersahabat dan sering bermain band bersama dengan si kembar dan Dean. Kok bisa kamu tidak melihat atau mengenalnya?". Ujar Lucy lagi.
membuat semuanya lebih kacau dari pada sebelumnya.