Will menarik tangan Jean sambil berjalan masuk kedalam club. Sementara Jean menahan tubuhnya untuk melawan tarikan Will. Tapi sia-sia saja karena tenaga Will lebih besar.
"Lepaskan aku Will, aku tidak ingin pulang denganmu. Aku datang untuk bersenang-senang dan kau tidak bisa memaksaku untuk pulang" Jean berjalan dengan terseret-seret. Di belakang Will.
Walaupun gagasan pulang dengannya sangat menggoda, dan telah menjadi hayalan Jean dari dulu untuk berdua dengan Will. Tapi tidak di club itu dengan Jamie di dalamnya.
"Aku datang untuk bersenang-senang" teriak Jean melawan suara musik yang mulai terdengar.
Kali ini Will menarik tangan Jean lebih keras, tapi bukan untuk menyeretnya ke dalam club. Melainkan ke dinding di samping mereka.
Dia memenjarakan Jean dengan tubuhnya.
Jika selama ini saat Jean berada didekat Will jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Kali ini jantungnya berhenti berdetak, saat berada di bawah tubuh Will dengan tatapan matanya yang penuh kabut.
Jean lupa bagaimana caranya bernafas, sementara Will menghembuskan nafasnya dengan cepat, seolah dia baru selesai berlari ratusan meter.
Dengan matanya yang penuh kabut Will menatap Jean dari atas ke bawah.
"Tidak disini dengan pakai ini, Jelina"
Suara Will hampir hanya terdengar seperti bisikan di telinga Jean.
bulu roman Jean berdiri, merasakan hembusan kehangatan nafas Will dilehernya. Dia menarik nafas dan merasakan aroma Will yang memabukan.
"Persetan dengan teman Lucy" kata Will kepada dirinya.
Kemudian dia menutup jarak yang tersisa diantara mereka.
Will menangkup kedua pipi Jean dengan tangannya lalu menciumnya dengan rakus.
Mata jean terbelalak saat merasakan bibir Will berada diatas bibirnya.
Jean merasakan kelembutan bibir Will, dengan sedikit lembab dan panas. dia membuka mulutnya agar Will bisa masuk.
Kemudian Will langsung menyambut undangan itu, Lidahnya berpetualang di dalam mulut Jean.
sensasi panas Dan memabukan dirasakan Jean, begitu luar biasa saat Will terus melumat bibirnya dengan serakah.
'Apakah ciuman selalu terasa luar biasa seperti ini, atau hanya karena ini adalah Will?' batin Jean.
Mereka berdua melepaskan diri dari satu sama lain, karena merasa sesak kehabisan nafas.
Keduanya menyatukan kening dan menghirup udara dengan rakus dalam diam. Kecuali suara hembusan nafas dan alunan musik yang terdengar.
Jean menggigit bibirnya sambil menunduk menatap Heelsnya, dia tidak berani menatap mata Will karena merasa malu sekaligus gugup.
"Jangan lakukan itu Jelina, atau aku akan menahan mu disini semalaman."