Under Eighteen

Riri
Chapter #11

Chapter 10 | Heart Confession|

Hari sudah siang dan Jean belum juga bangun dari tempat tidurnya, matanya sudah terjaga dari tadi pagi, tapi dia terlalu malas untuk bangun. Seolah telah kehilangan gairah hidupnya.

Tidak ada kegiatan yang akan dia lakukan, jadi tidak ada gunanya bangun pagi. Sebenarnya satu hal yang harus dia lakukan adalah mengembalikan baju Mrs. Kennedy.

Sudah satu minggu lebih sejak kejadian malam itu dan Jean belum juga mengembalikannya, karena dia terlalu larut dengan persaannya.

"apa yang akan dikatakan Mrs. Kennedy padaku" ujar Jean memikirkan janjinya untuk mengembalikan baju milik Mrs. Kennedy secepat mungkin, belum lagi itu adalah baju yang sangat berarti baginya.

Jean memaksakan diri untuk bangun meskipun setengah hatinya masih tertinggal di tempat tidur.

Dia berjalan menuju rumah Mrs. Kennedy membawa bajunya yang terlipat rapi didalam paper bag.

"Lihat dirimu Jean, kau sungguh menyedihkan. Bukannya melakukan sesuatu dengan teman, keluarga atau pacar. Kau malah datang kerumah seorang perempuan janda yang umurnya enam kali lebih tua darimu. Hehh..lagi pula kau tidak diberikan pilihan" monolognya sepanjang jalan.

Meskipun tinggal sendirian tampilan rumah Mrs. Kennedy lebih terlihat hidup dengan taman yang indah dan terawat. Tidak seperti tempat tinggalnya yang tidak terurus dengan rumput yang agak panjang dan cat yang mulai terkelupas.

Jean mengetuk pintu sambil meneriakan namanya, karena Mrs. Kennedy sudah tua pendengaranya pasti sedikit menurun.

Mrs. Kennedy keluar dengan memakai sarung tangan pemanggang.

"Pas sekali kau datang, aku sedang memanggang kue. Masuklah dan makan dulu" tanpa menunggu jawaban Jean Mrs. Kennedy berjalan masuk kedapur.

Jean tidak menolak undangan Mrs. Kennedy kerena tidak ada kegiatan apapun yang akan dilakukan sepulangnya dari situ. Dia masuk ke dapur dimana sang empunya rumah sedang sibuk dengan adonan kue.

"kau terlihat murung sekali nona muda, kau ingin menceritakannya" Tanya Mrs. Kennedy melihat wajah kurang semangat hidup dari Jean.

"tidak, saya baik-baik saja" dustanya

"baiklah kalau kamu tidak ingin cerita, tapi cepatlah makan kuenya selagi hangat"

"terima kasih" Jean duduk dikursi dengan lesu sambil memakan kue.

"haruskah aku cerita kepada Mrs. Kennedy? Diakan sudah berpengalaman, mungkin dia tahu apa yang harus ku lakukan. Lagipula aku tidak punya siapapun untuk diajak cerita" pikirnya.

"Hhmm....jadi begini Mrs. Kennedy saya-" ucapan Jean terpotong saat meihat seringaian geli dibibir Mrs. Kennedy.

"akhinya kau menyerah juga, lanjutkan" kata Mrs. Kennedy melihat semburat merah keluar dari pipi Jean.

"Will, namanya Will. dia adalah teman kakak saya yang sekaligus kakak teman saya, Saya menyukainya. Tapi saya terlalu takut untuk menyatakan perasaan saya. Saya takut Will tidak punya perasaan yang sama kepada saya." Mata Jean terlihat sedih saat mengingat Will dan perasaannya yang mungkin tak pernah terbalaskan.

"anda ingatkan malam dimana saya meminjam baju anda?" sambungnya

Mrs. Kennedy mengangguk

"Malam itu saya pulang dengannya, dan kami berciuman jadi saya pikir mungkin ada kemungkinan dia punya perasaan yang sama terhadap saya. Tapi setelah malam itu saya tidak pernah bertemua dengan Will lagi, bahkan disekolah. Dia seperti hilang ditelan bumi" Jean menatap Mrs. Kennedy dengan muram.

"temui dia dan katakan perasaanmu!" kata Mrs. Kennedy membuat jean kaget.

Menyatakan perasaannya kepada Will adalah satu hal yang ia takuti terlebih lagi dia seorang perempuan, lelaki yang seharusnya melakukannya. Jean jadi ragu kalau menceritakan masalahnya ke Mrs. Kennedy adalah ide bagus.

Lihat selengkapnya