Jean merasa bersalah karena harus terus berbohong kepada Jamie tapi apa boleh buat, dia terlalu posesif sehingga membuat Jean tidak bisa keluar malam-malam atau melakukan hal-hal yang ingin dia lakukan.
Di bawah sebuah pohon diujung blok rumahnya, dengan mengenakan hodie berwarna hitam Jean duduk di sebuah bangku taman menunggu Ryan.
Ryan tidak memberitahu kemana mereka akan pergi sehingga Jean bingung baju apa yang harus dia kenakan. Tapi setidaknya dia memakai baju yang sopan kali ini, tidak perduli apapun tempat yang akan mereka datangi.
Motor hitam Ryan terlihat diujung jalan mendekat kearahnya.
"Ku harap kita tidak mendatangi sebuah pesta" kata Jean saat Ryan memarkirkan motornya di depan dia.
"Kalau kita akan ke pesta maka bukan kau saja yang akan malu tapi kita berdua" Ryan menatap pakaiannya. Yaitu Jeans belel dengan hodie hitam seperti biasa.
Jean tersenyum dan mengangguk.
"Maaf telah merahasiakan dari mu"
Sambung Ryan
"Rahasia artinya kejutan, dan aku suka kejutan"
Kali ini Ryan tersenyum lega karena Jean bukanlah tipe wanita penggerutu yang sering di temuinya.
Mereka berkendara dalam diam menyusuri jalanan menuju pinggir kota. Suasananya langsung berubah, bangunan dan toko-toko mulain jarang terlihat dan digantikan dengan pohon-pohon yang berdiri kokoh disamping jalan, Jalanan juga sudah mulai sunyi.
Ini adalah ketiga kalinya bagi Jean pergi ke pinggir kota, setelah tempat nongkrong Jamie dan teman-temannya dan sekarang entah tempat apa yang akan dia datangi bersama Ryan.
Dan hal ini membuat Jean penasaran kenapa harus pinggir kota saat di kota sendiri begitu banyak tempat seperti itu yang bisa didatangi. Motif keduanya hanya satu yaitu tempat yang tidak baik.
Jean curiga kalau yang dipikirkannya benar, bahwa yang akan mereka datangi sama seperti kedua.
'Berbahaya' batinnya.
Jean memberanikan diri untuk bertanya.
"Kenapa harus pinggir kota, Ryan?"
Teriaknya melawan deru motor dan Angin.
"Karena hanya disitulah tempat yang aman"
"Dari siapa" Jean mendekatkan wajahnya ke pundak Ryan.
"Polisi"
Deg
'Polisi, lagi!'
" Ryan!" Kata Jean mulai panik.
Yang terakhir kali dia bisa selamat karena Tuhan masih berbaik hati padanya. Tapi sekarang apakah Tuhan Masih mau menolongnya?
"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja"
Perkataan Ryan tidak membuat Jean tenang, karena hal itu juga yang Lucy katakan saat mereka pergi ke Club malam waktu itu.
Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena sudah hampir sampai di tempat dimana Ryan menyembunyikan rahasianya.
Mereka berdua sampai di tempat tujuan, sebuah bangunan tua yang cukup besar dengan tempat parkir yang luas. Jean Tidak tahu berapa lantai bangungan tersebut, karena hanya tinggi dan cukup besar tanpa adanya jendela.
"Ayo" ujar Ryan sambil memegang pinggang Jean.
"Bukankah polisi juga akan berpatroli sampai pinggir kota, Ryan?"
"Ya, tapi ini suatu acara yang besar berbeda dari Club malam yang didatangi siswa sekolah kita. Orang-orang disini adalah orang-orang kaya. Mereka sudah mengaturnya"
"Maksudmu menyogok polisi?"
"Aku lebih senang menyebutnya dengan tutup mulut"
Orang-orang mengantri didepan memberikan tiket kepada si penjaga pintu, yang seperti biasa dua orang afrika denga tubuh tinggi kekar bertato. Tapi tatonya tidak bisa dilihat karena hanya garis hitam abstrak yang nampak lantaran tato tersebut sudah menyatu dengan warna kulit mereka.
Salah satu penjaga menaikkan alisnya ke arah Ryan dan berkata.
"Aku baru melihatmu lagi, dan Semoga berhasil malam ini Black"
"Pasti" jawab Ryan.
"Tidak mungkin Black kalah, inikan pertama kalinya dia datang dengan pacarnya" kata penjaga yang satunya.
"Tidak, ini pertama kalinya Black datang dengan seseorang" penjaga yang lain mengoreksi.
"Kalau begitu ijinkan kami masuk"
Kata Ryan.
Mereka berdua berjalan masuk, dengan tangan Ryan masih dipinggang Jean. Dia tidak berniat untuk menyingkirkan tangan Ryan karena Jean merasa aman dengan itu.
Tempat itu dipenuhi dengan lelaki dan setiap orang yang berpapasan dengan mereka selalu mengangguk kepada Ryan atau sekedar berkata basa-basi yang diacuhkan oleh Ryan.
"Wow!" Kata Jean melihat tempat di depannya.
Tempat itu mirip gimnasium dengan ukuran yang cukup besar, kursi-kursinya ditata melingkar sampai di atap. Mengelilingi sebuah Ring yang ada di tengahnya.