Under Eighteen

Riri
Chapter #18

Chapter 17 | Crazy Little Thing Called Love|

Suara alarm berbunyi saat jarum jam menunjukkan pukul 6:00 pm. Cahaya matahari menyusup dibalik tirai jendela. Membuat kamar yang gelap terlihat remang-remang.

Jean membuka kelopak matanya, langit langit kamarnya yang bernuansa biru langsung menyambut indera penglihatannya. Butuh beberapa saat untuk dia mengumpulkan nyawanya sebelum bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Ada sesuatu yang janggal yang telah terjadi padanya, tapi dia sulit mengingat hal apa itu.

"Apa aku bermimpi tentang sesuatu?" Monolognya.

Jean adalah tipe orang yang sulit untuk mengingat mimpinya, saat orang lain bisa menceritakan mimpi mereka dengan detail. Jean cenderung lambat akan hal itu, dia hanya tahu kalau dia berpmimpi tapi tidak bisa mengingat detail dari mimpi tersebut. Tak jarang dia dibuat iri saat mendengarkan cerita orang lain yang begitu detail tentang mimpi mereka.

"Will"

Jean teringat tentang pertemuannya dengan Will, dan beberapa potongan adegan di dalamnya. Tapi dia tidak yakin apakah itu mimpi atau kenyataan.

Ciuman itu terlalu manis untuk hanya menjadi mimpi, dan pernyataan cinta itu terlalu sering dia harapkan sehingga mustahil untuk menjadi nyata.

Dia dibuat bingung akan sesuatu yang terjadi padanya semalam, apakah itu kenyataan atau Ilusi.

Dia ingin menghubungi Will tapi lupa kalau dia tidak punya nomor handphone Will. Dan jalan satu-satunya yaitu menemui Will di sekolah.

Mobil Jamie bergerak menuju ke Tempat parkir, siswa terlihat mulai berdatangan. Gerbang masuk begitu sibuk dengan anak-anak yang berlalu lalang.

Jean memincingkan matanya memperhatikan tempat parkir untuk mencari mobil Will, tapi dia tidak bisa menemukan tanda-tanda keberadaan mobil Will.

Jean berjalan menuju lobby dengan perasaan kecewa.

Seorang Lelaki di depan pintu lobby terlihat melambai dan tersenyum ke arahnya. Jean kembali memincingkan matanya untuk melihat dengan jelas siapa dia.

Langkah demi langkah yang diambilnya membawa dia semakin dekat menuju lobby, dan lelaki yang tersenyum kepadanya terlihat dengan jelas.

'Will !'

'Apa yang dia lakukan? Apakah dia tersenyum kepadaku Atau Jamie yang berjalan di depanku?'

Will berjalan mendekat ke arah Jean. Yang seperti biasa Membuat jantung gadis itu berdetak tidak normal.

Will memberikan salaman gaul ala laki-laki saat berpapasan dengan Jamie. Dia terlihat berbincang-bincang dengan kakaknya.

Jamie berjalan menuju koridor sedangkan Will mengambil arah sebalikannya. Dia berjalan menuju Jean tanpa memutuskan kontak mata. Hal itu membuat tubuh Jean merinding, karena untuk pertama kalinya mereka berada sedekat ini di sekolah.

Will berdiri menjulang dihadapan Jean, mengehentikan langkah kaki gadis itu. Mereka berdua berdiri dalam diam sementara anak-anak lainnya berjalan disekitar mereka.

'Apakah yang terjadi semalam bukan mimpi?'

Will tersenyum lebar menampakan giginya yang berbaris dengab rapi. "Masih berpikir aku tidak nyata Jelina?"

'Ternyata semalam memang bukan mimpi, semua kejadian tadi malam adalah nyata!'

"Tidak!" Ujarnya dengan senyum merona.

Will meraih tangan Jelina lalu berjalan sambil bergandengan tangan. Jelina yang takut dan canggungpun menarik paksa tangannya dari genggaman Will.

Lihat selengkapnya