Under Eighteen

Riri
Chapter #20

Chapter 19 |First Date|

Jean tidak sabar menantikan pelajaran terakhir selesai. Bahkan sebelum gurunya hadir di kelas. Jean berharap dia tidak masuk karena sakit atau sebagainya. Agar dia bisa pulang lebih awal untuk pergi ke rumah Will, Memang Jean terlihat agak Jahat. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan Will.

'Apa yang terjadi denganku?' Jean menyadari bagaimana pikirannya bekerja dari tadi. Dia meneyebut Angela dengan sebutan jalang serakah, tapi dia sendiri tidak lebih dari itu. Pertama Jean mengharapkan agar gurunya sakit kedua dia tidak sabar ingin bertemu dengan Will. Padahal tujuan yang sebenarnya adalah bertemu denga Lucy. Karena sahabatnya sedang dalam masalah. Tapi Jean malah memikirkan dirinya sendiri.

"Hei... hei.. Jelina, Mrs. Madison memanggilmu!" Vanessa yang duduk di bangku sebelah Jean melambaikan tangan memanggilnya.

Jean yang larut dalam pikirannya, merespon dengan kikuk. "Huh? Apa?"

Vanessa mengangguk ke arah Mrs. Madison di depan kelas.

Berkat pikirannya yang tidak bisa tetap berada pada pelajaran, membuat Jean tidak menyimak dengan baik apa yang guru killernya itu katakan. Sontak dia langsung berdiri dari bangkunya.

Jean berbicara dengan suara yang agak keras karena kekalutannya "Maaf Mrs. Madison saya tidak menyimak, bisakan anda mengulangi perkataan anda?"

Semua siswa di dalam kelas menatap Jean dengan heran melihat kelakuan dia, kemudian detik berikutnya mereka kompak menahan tawa terhadap kebodohannya.

Jean menatap disekeliling. Melihat teman sekelasnya menertawakan dia. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah Vanessa yang cekikikan.

Mrs. Madison menurunkan kacamata di ujung hidungnya yang lancip lalu sedikit menunduk untuk memperhatikan Jean. "Apa aku berbicara denganmu

Miss. Davis? "

Jean menelan gumpalan rasa malu di tenggorokannya. Ia hanya membeku di kakinya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Lain kali perhatikan baik-baik!" Sambungnya.

Jean kembali duduk. Raut wajahnya tampak kesal kepada Vanessa. Sementara Vanessa tertawa cekikikan bersama dua minionnya.

Ia terus menatap kedepan memperhatikan penjelasan Mrs. Madison walaupun pikirannya tidak benar-benar fokus akan apa yang gurunya sampaikan. Sesekali ditatapnya jam dinding yang ada di depan Kelas. Menghitung mundur setiap detik, menit dan sanpai tiba akhirnya Jam pelajaran berakhir.

Selama perjalanan kerumah Lucy raut wajah Jamie terlihat sedikit murung. Sejak tadi pagi Jamie agak aneh, dimulai ketika dia berbicara dengan Will raut wajah Jamie terlihat skeptis. Mungkin karena Jean dan Will tiba-tiba terlihat dekat.

Jean keluar dari mobil saat tiba dirumah Lucy. Ia tersenyum dan melambaikan tanngan sebagai bentuk perpisahan ke arah Jamie.

"Kabari aku, akan ku Jemput"

Keanehan itu muncul lagi, Jamie tidak biasanya berbaik hati untuk menawarkan diri menjemput Jean pulang. Dulu Jean harus menelponnya terlebih dahulu sambil merajuk minta dijemput. Apakah sekarang Jean senang? Tidak, karena dia berencana meminta Will mengantarnya pulang. Tapi sikap over protektif Jamie menggagalkan rencananya. Terkadang sikap itu membuat Jean risih saat berada di dekat Jamie, tapi untuk saat-saat tertentu dia menyukainya. Tapi tidak untuk saat ini.

Dengan berat hati Jean terpaksa mengangguk.

Jean sengaja tidak memberitahu Will bahwa dia akan datang, dia ingin memberikan kejutan kepadanya. Jean mengetuk pintu beberapa kali, lalu Emely ibunya Lucy membukakan pintu. Dia sangat senang melihat Jean lagi. Hanya ada Emely dirumah dan juga Lucy tentunya, yang sedang mengurung diri dikamarnya. Drew adik Lucy sudah pergi bermain, Mr. Grayson masih dikantor dan Will. Seperti biasa dia berkumpul dengan teman-temannya.

Jean mengetuk pintu kamar Lucy. "Ini aku, Jelina"

Pintu kamar Lucy terbuka dan dia langsung melemparkan diri kedalam pelukan Jean. Hingga Jean sedikit kehilangan keseimbangan. Lucy menangis tersedu-sedu dipelukan Jean. Jean menepuk punggung Lucy untuk menangkan sahabatnya itu. Dia tidak ingin terburu-buru bertanya tentang apa yang terjadi. Dia hanya membiarkan Lucy mencurahkan perasaannya.

Lucy duduk dipinggir ranjang sambil memeluk lutut. Sesekali dia sesegukan karena sisa tangisannya.

"Aku putus dengan Eric"

Jean menautkan alisnya. Dan diam-diam mengumpat dalam hati kepada si Eric yang brengsek.

Lihat selengkapnya