" Bellva" panggil teman sebangkunya, namun bellva tidak menanggapi gadis itu masiih sibuk memandang pemandangan diluar kelas dari jendela kelasnya. Teman sebangkunya itu mendengus kesal karena ia sudah berkali-kali memanggil bellva namun tidak dihiraukan oleh si pemilik nama. Karena kesal dia pun menepuk pundak bellva sedikit keras. Sehingga membuat bellva tersentak kaget dan menoleh ke teman sebangku sekaligus sahabatnya semenjak pertama kali masuk ke SMA ini.
" Sakit tau ra, kalo manggil nggak usah pakek mukul dong, kekerasan itu namanya" ujar bellva pura-pura kesal. Sedangkan aira hanya mendengus malas menanggapi bellva yang saat ini sedang mendramatisir keadaan.
" Habisnya lo udah gue panggil berkali-kali tapi nggak denger, lagian lo liatin apaan sih sampek nggak denger gue panggil?" tanya aira penasaran ia pun melihat keluar melalui jendela kelas namun menurutnya tidak ada hal yang menarik.
" Gue nggak ngeliatin apa-apa kok, tadi gue sedikit kepikiran sesuatu aja jadinya ngalamun deh hehe" kekeh bellva, " Lagian ada apa lo manggil gue?" tanya bellva.
" Kekantin yuk laper nih, cacing-cacing di perut gue udah demo minta dikasih makanan" ajak aira.
" Hah? kan masih pelajaran matematika, kok ke kantin si?" tanya bellva bingung, tetapi kemudian dia melihat sekitar dan menemukan teman temannya yang sudah makan makanan mereka dan bercanda ria, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke depan dan benar saja ia tidak menemukan gurunya yang mengajar pelajaran matematika tadi.
" Loh sejak kapan udah istirahat? kok gue nggak denger bel istirahat?" tanya bellva.
" Ya gimana mau denger bel orang lo aja gue panggil nggak denger apalagi bunyi bel, makanya jangan ngelamun mulu kesambet ntar, udah yuk ke kantin keburu bel masuk" ajak aira lagi tidak sabaran. Bellva pun mengangguk dan mereka berjalan beriringan keluar kelas menuju kantin.
" Ra disini rame banget ni, yakin lo mau makan disini nggak makan di kelas aja kayak biasanya?" tawar bellva, jujur ia malas makan jika tempatnya berdesakan seperti ini.
" Males bolak-baliknya bel, tapi ini emang rame banget si, atau kita ke kantin kelas 12 aja bel? disana pasti lebih sepi" ujar aira.
" Hah? nggak mau ah lagian disana pasti isinya kelas 12 doang dan kita masih kelas 10, mana disana pasti isinya cowok semua" tolak bellva. Di sekolah mereka ini punya 2 kantin, yang satu ada di belakang sekolah dan satunya di pojokkan sekolah yang bersampingan dengan kelas 12 IPA 1. Sebenarnya semua kantin di sekolah ini umum, tapi karena kantin pojokkan lebih dekat dengan kawasan kelas 12 jadinya disana kebanyakan pembelinya kelas 12.
" Ih nggak papa kali, lagi pula itu kan sebenernya umum siapa aja boleh kesana, lagian kenapa takut si bel, kan kita sama-sama bayar disini, sama-sama manusia juga, udah yuk gue udah laper banget ni, lo gak kasian sama gue apa" bujuk aira dengan wajah yang dibuat seimut mungkin. Bellva pun menghela nafas melihat sahabatnya ini.
" Yaudah yuk kesana, udah lo nggak usah masang wajah sok imut gitu nggak cocok sama lo" ledek bellva dan berjalan mendahului aira yang mendengus kesal karena ledekan belllva.
" Katanya nggak mau tapi mamlah dia yang jalan duluan" gumam aira, kemudian segera mensejajari langkah bellva menuju kantin kelas 12. Dan sesampainya mereka disana, benar saja lebih sepi dari pada kantin yang ada di belalkang sekolah, namun kantin itu memang hanya diisi laki-laki saja saat ini. Mereka pun memberanikan diri untuk masuk dan menghiraukan tatapan dari kakak kelas mereka itu.
" Ra lo serius mau makan disini? nggak mau makan di kelas aja? disini isinya cowok semua lo" bisik bellva melihat sekitarnya.
" Serius bel, kan udah gue bilang males bolak-baliknya kalo makan dikelas, lagi pula biarin aja, mereka juga nggak bakal ngapa-ngapain" sahut aira dengan berbisik juga. Bellva pun menurut dan segera memesan makanan juga. Setelah memesan makanan mereka pun duduk di tempat yang masih kosong. Tak lama saat mereka makan tiba-taba ada seorang laki-laki yang menghampiri mereka.
" Hei sorry ganggu, gue boleh duduk di sini?" tanya laki-laki itu.
Bellva hanya menatap sekilas kemudian mengangguk pelan, sedangkan aira yang melihat itu menyenggol pelan siku bellva.