Under the moonlight : the beginning of a story

Anggun puspa kencana
Chapter #1

Prolog

Selasa 24 April 2010

 14:25pm

O’HARE INTERNATIONAL,Chicago Amerika serikat

               “The attention of the passengers of the xxxx destination xxxx, is expected to enter the plane soon the plane will take off …”

               Suara dengungan mesin, percakapan demi percakapan terdengar, banyaknya orang yang berlalu lalang menarik tas beroda dengan berbagai warna dan ukuran. Telah menjadi pemandangan biasa yang tampak di dalam bandara. Penumpang yang hendak pergi memiliki berbagai tujuan penerbangan yang berbeda-beda, tampak menunggu di lobi bandara. O’HARE INTERNATIONAL, Chicago Amerika merupakan bandara yang memiliki jadwal penerbangan yang sangat padat setiap harinya, bahkan sampai tengah malampun masih banyak penumpang yang tiba ataupun hendak pergi keluar kota dan Negara. Tak mengherankan meski saat malam telah sangat larut namun kepadatan dan banyaknya penumpang tak menjadikan bandara ini sepi, dan sore hari inipun begitu banyak penumpang memadati area bandara terpadat di dunia ini. 

               “Felix ayo,” perintah itu membuat salah seorang anak remaja yang sedari tadi memainkan ponselnya terkejut lekas menarik kopernya yang berada di sampingnya dengan terburu-buru menyamakan langkah dengan yang lebih tua darinya.

               Memasuki kabin pesawat remaja yang dipanggil Felix ini mencari tempatnya untuk duduk dengan di bantu pramugari yang ada, menduduki kursi paling pojok dekat jendela menjadi pilihannya. Dengan seorang wanita yang memanggilya tadi, yang merupakan sang ibu.

               “Kau lapar? Mau roti ini?” Tanya wanita itu dengan menyodorkan roti dengan isi selai coklat di dalamnya. “tidak terima kasih bu aku masih kenyang, sebaiknya ibu saja yang memakan bukankah ibu belum makan dari pagi tadi?” jawab Felix, tersemunyum manis dengan perlakuan sang ibu yang sangat nyaman baginya. Pada akhirnya dia hanya melihat ke luar jendela menanti lepas landas pesawatnya menuju tempat lahirnya italia. Telah 12 tahun lamanya dia tinggal di Amerika bersama sang kakek dan nenek, dia merindukan suasana Italy yang dingin.

               6 Jam berlalu kini tampak para penumpang masih sedang tidur di kursi masing masing, suasana yang tenang tampa ada kebisingan, sedangkan Felix tengah asyik melihat keluar jemdela, menampakkan begitu banyak bintang berkelap kelip dengan indahnya, awan putih indah terpantul sinar rembulan yang begitu elok di pandang. Saat ini dia sedang terbang di atas permukaan laut, tampak indah pemandangan malam ini, besok pagi dia akan tiba di itali. Menikmati malam yang begitu indah dengan pemandangan yang menakjukkan, felix melihat sebuah kelainan pada bagian sayap kanan pesawat, tampak keluar percikan api ditengah sayap kanan itu, hingga ledakan terjadi begitu saja pada bagian sayap pesawat, guncangan hebat terjadi di dalam pesawat, penumpang yang awalnya tenang tertidur, kini panik dengan keributan yang terjadi. Sang pilot memerintahkan untuk para penumpang segera keluar mengenakan parasut yang berada dikantung kursi di depan parang penumpang, serta baju pelampung yang ada di sana.

               "Passengers are expected not to panic wearing existing equipment and immediately plunge through the emergency exit, once again ...”

               Kepanikan setelah guncangan itu menjadikan banyaknya kekacauan di dalam pesawat, terlebih alaram yang selalu aktif, sebelum meninggalkan pesawat sang pilot segera memberikan lokasi terakhir pesawat akan jatuh. Felix yang merupakan penumpang termuda segera untuk terjun dengan bimbingan pramugari yang telah terlatih.

               “Ibu ayo cepat” ujar Felix membantu sang ibu. “ jangan panic ada aku di sini, aku akan selalu berpegangan dengan ibu.” Yakin Felix kepada sang ibu, menggenggam tangan sang ibu dengan erat, meski dalam hati felix sebenarnya sangat takut saat ini, semua kejadian ini begitu tiba-tiba, padahal beberapa jam yang lalu iya masih dapat bercanda tawa bersama sang kakek, berpamitan dengan pelukan hangat sang nenek yang mengantarnya tadi di bandara, kini bencana melanda mereka di tengah jalan, sebelum mereka sampai ke tempat tujun. Dengan keyakinan yang kuat bahwa meraka akan selama, Felix terjun dari pesawat di ikuti ibu dan para penumpang lainnya yang segera turun, namun na'as setelah terjunnya dia dan beberapa penumpang lainnya, pesawat langsung saja meledak dan hancur berkeping keping, sang ibu yang berada tepat di belakangnya terkena puing-puing dari ledakan tersebut membuat sang ibu terluka, tak lama sebuah puing dari badan pesawatpun mengenai Felix, hingga Felix terluka parah pada kaki serta tanganya dan terjatuh di tengahnya samudra yang luas.

               Langit yang semulanya cerah dengan rembulan yang menerangi, kini kelabunya awan yang menghiasi, menghalangi bulan dengan awan gelap dan badai besar terjadi di lautan itu, angin yang bertiup kencang, ombak begitu tinggi menggulung-gulung bagai monster di lautan, tak tau lagi bagaimana keadaan penumpang lainya, dengan cuaca yang tiba-tiba ekstrem tak tau siapa saja yang selamat, bahkan mungkin tiada yang selamat, Hanya menyelamatkan diri sendirilah pada saat ini. Felix berenang meski harus menahan rasa sakit pada tangan dan kakinya akibat terkena puing-puing tadi felix masih berusaha untuk tetap kuat, di tengah ombak yang menggulungnya, iya mencari cari keberadaan sang ibu.

Lihat selengkapnya