Vio terkejut dalam beberapa detik saat melihat tubuh yang mengambang di atas danau itu. Tidak butuh waktu lama akhirnya dia sadar dan dengan tanpa berfikir panjang, dia berlari ke air yang hangat karena teriknya matahari itu dan berusaha menahan rasa sakit di bahunya saat berusaha berenang dengan sekuat tenaga. Sesekali dia mengambil nafas dan melihat lagi apakah tubuh itu bergerak atau tidak. Karena tidak ada pergerakan sedikitpun akhirnya dia kembali berenang lebih cepat dengan diiringi rasa sakit di bagian otot bahunya.
Saat dia sudah mencapai tubuh itu dia berusaha menggerakkan orang tersebut dengan jantungnya berdetak begitu kencang. Lalu ketika dia ingin menyentuh kepala orang itu, tiba-tiba orang itu bergerak dan menghentikan kepalanya ke atas sambil mengambil nafas. Lalu mereka saling bertatapan. Vio melihat seorang laki-laki dengan rambut pendek dan mata dan kelopak mata yang terindah yang di miliki seorang laki-laki. Setidaknya semua laki-laki yang pernah dia temui hingga umurnya dua puluh delapan tahun.
Laki-laki itu mengambil nafas terengah-engah. “Siapa kamu?”
Vio dengan kakinya yang masih mengepak-epak di dalam air menjawab dengan bingung. “Justru aku ingin bertanya, apa kamu sudah gila? Kamu sudah bosan hidup?”
Laki-laki itu menyipitkan matanya. “Bosan hidup?”
“Menenggelamkan tubuh-mu sendiri.” Tuduh Vio. “Sebaiknya kamu jangan melakukan hal bodoh!” Vio yang sudah letih kembali berenang ke pinggir danau dan dengan cepat menutup bagian depan tubuhnya saat tahu pakaian dalamnya bisa saja terlihat.
”Hei.” Laki-laki itu memanggilnya dengan tanpa nada marah sedikitpun.
Vio mendengar dari arah belakang sepertinya orang itu sudah keluar dari danau saat suara air bergerak terdengar dengan jelas. Vio tidak akan menoleh ke belakang. Sudah cukup dia menolong laki-laki yang tidak tahu terima kasih itu.
Sebuah handuk berwarna merah tiba-tiba di kalungkan dari belakang diatas bahu dan punggung Vio. Vio terkejut dan menoleh. Laki-laki tadi sudah berada di belakangnya. Menatapnya dengan penuh penasaran.
”Kamu salah paham.” Laki-laki dengan bahu dan dada yang atletis itu menjawab. “Aku sedang berenang. Lebih tepatnya melatih pernafasan.”
Vio mengedipkan matanya beberapa kali. Dia mungkin salah mendengar. “Apa? Latihan pernafasan?”
Laki-laki itu mengangguk pelan.
”Tidak ada yang berlatih pernafasan di sebuah danau di dalam hutan.” Vio menyatakan fakta. “Apa kamu sudah gila? Jangan menutupi tujuan kamu sesungguhnya.”
Laki-laki itu tersenyum kecil. “Aku sudah ribuan kali berlatih di danau itu.”
Vio menganggap laki-laki ini sudah kehilangan akan sehat. Tidak ada yang tahu ada apa di dasar danau itu. Vio merasa dirinya benar-benar tidak beruntung karena basah kuyup di hari pertama di rumah baru.
“Vio!Violette!” Suara Sofi berteriak terdengar di dalam hutan. Dari kejauhan Sofi dan seorang pria paruh baya berlari tergesa-gesa saat mendapati Vio. Mereka terlihat lega dari raut wajah mereka.
”Vio.” Sofi memanggilnya dengan suara letih. “Aku kira kamu menghilang.”
Vio memutar matanya. “Aku hanya mencari udara segar.”
”Paman Philip.” Laki-laki di sebelah Vio memanggil pria paruh baya itu.
Pria dengan perawakan perut yang lumayan besar itu sedikit terkejut. “Kai. Kamu ternyata sedang berenang. Paman pikir kamu sedang berlatih di Stadium kota.”
Kai menggeleng. “Di sana sedang ramai.”
Vio mengernyit. “Sofi apa ini pemilik rumah kita?”
Sofi mengangguk dan memperkenalkan Vio pada Bapak bernama Phillip itu. “Vio akan menempati kamar satunya lagi, pak. Aku akan mengambil kamar yang mengarah ke depan jalan.”
Phillip mengangguk dan berjalan mendekati Kai. Menepuk bahunya dengan sangat bangga. “Perkenalkan ini keponakan saya bernama Kai. Sepertinya Kai dan Vio sudah mengenal satu sama lain.”
Vio dan Kai bertatapan. Pemuda itu melihatnya dengan tatapan penuh makna. “Kami tidak sengaja bertemu.” Kai masih belum melepaskan pandangannya.
“Kenapa rambut dan baju-mu basah, Vio?” Sofi menyentuh tubuh temannya itu. “Apa kamu berenang sambil memakai pakaian lengkap?"
Vio sudah letih untuk memperpanjang percakapan bersama dua orang asing. “Aku ingin mandi dulu.” Vio tidak memperdulikan mata Kai yang masih memperhatikannya dengan seksama. Dari depan dia mendengar Sofi yang meminta izin untuk kembali ke rumah pada Phillip dan juga Kai.
Vio menghabiskan waktu lima belas menit untuk mandi di dalam kamar mandi kamarnya yang masih kotor itu. Lalu dia turun dan mendapati Sofi yang sedang mengangkat teh di atas meja makan yang sudah bersih.
“Ayo duduk dan ceritakan bagaimana kamu bisa bertemu dengan pemuda bertubuh dew4 yunani itu.” Sofi cepat menginterogasinya.
Vio mengeringkan rambutnya dengan handuk lalu duduk di depan Sofi. “Aku Kira dia akan b*n*h diri.”
Sofi tergelak dan mencipratkan air teh di atas meja. Dia membersihkan bibirnya sambil tersenyum jahil. “Tidak mungkin. Kamu benar-benar berlebihan. Dia itu atlit renang kebanggaan kota ini. Paman Phillip bercerita saat dia membantu-ku pulang dengan membawa keranjang belanjaan tadi. Dia bilang keponakannya yang bernama Mykailo tinggal di rumah nomor sembilan bersama ayah dan adik laki-lakinya.”
“Kenapa dia harus berenang di tempat seperti itu? Dasar orang aneh.” Vio menggerutu dengan cepat.