Vio turun ke lantai dasar rumah masih menggunakan piyama kesukaannya yang berwarna putih sutra. Saat dia mencapai dapur, di sana Sofi sedang memasak sarapan dengan piyama nya yang bernuansa cupcake.
“Good Morning!” Sofi menyapa dengan aksen bahasa inggrisnya yang tidak bisa dianggap bagus itu.
Vio duduk di meja dan menyeduh teh yang masih hangat diatasnya. “Jam berapa kamu kembali tadi malam?”
“Jam sembilan malam. Aku berhasil menyempurnakan Rosemary bersama tiga orang pekerja sementara lainnya. Aku bisa bernafas lega hari ini.” Sofi berkata riang sambil menepuk omelet miliknya.
“Pantas saja. Aku sudah di alam mimpi jam itu. Sepertinya obat dari Dokter Albert terlalu kuat.” Vio menggerutu.
“Tenang saja, kamu tidak perlu bekerja berat hari ini. Semuanya sudah aku selesaikan dengan baik,” kata Sofi.
“Kamu memang teman yang baik sementara aku tidak membantu apapun sejak datang kemari.” Vio berkata menyesal.
Sofi tersenyum pada temannya itu. “Ingat kesehatanmu adalah yang utama. Aku akan baik-baik saja. Aku perempuan independen, Vio. Rileks.”
Vio memutar bola matanya. “Baiklah.”
Sofi mematikan kompor dan membawa dua piring berisi omelet, roti dan sandwich sederhana di atas meja. Dia duduk di seberang Vio dan menyodorkan piring itu.
“Kamu harus makan banyak,” ujar Sofi.
“Aku baru bangun.”
“Jadi? Tidak ada jam yang terlalu pagi untuk sarapan. Lagipula satu jam lagi kita harus sampai di toko.”
Vio melihat omelet yang sempurna di hadapannya. “Kamu memang sempurna. Suamimu nanti akan sangat senang memiliki istri yang pintar memasak.”
“Itu hanya omelet biasa, Vio.” Sofi menyela.
“Kamu bisa memasak masakan yang lebih kompleks dari ini. Jangan lupa.” Vio tidak pernah meragukan itu setelah dia sering mendapatkan bingkisan makanan dari temannya itu.
“Kamu sepertinya memberikan kode untuk aku memasak yang banyak mulai hari ini. Baiklah, kita akan mampir ke supermarket saat pulang nanti.”
Vio mengangguk sambil menelan belahan sandwich di tangannya.
“Oh, ya.” Mata Sofi berbinar. “Aku membuka sosial media sejak kemarin sore. Sepertinya ada seseorang yang tiba-tiba menjadi selebriti lokal. Dan anehnya aku melihat fotomu di semua platform yang ada. Apa kamu ingin menceritakan sesuatu?”
Vio menaruh sandwich kembali ke atas piring. Suasana hatinya muram seketika. “Aku sudah mengatakan pada Kai untuk,”
“Kai, menarik sekali. Kalian menghabiskan waktu bersama berdasarkan foto-foto yang beredar.” Sofi melipat tangannya. Dia merasa seperti hakim di persidangan dengan tatapannya. “Kalian tampak sangat dekat hanya dalam hitungan beberapa hari saja.”