Undercover

juni
Chapter #2

Chapter 1: matter

ㅤㅤ

‌ㅤㅤ 

ㅤㅤ

‌ㅤㅤ 

ㅤㅤ

‌ㅤㅤ Dibawah pohon yg tertiup angin musim kemarau, seorang gadis kecil Artemis Young menatap kumpulan anak-anak yg bermain dengan riang.

Dengan wajah datarnya dia menyaksikan anak-anak lain yg bermain gembira tanpa dirinya.

 Dia pulang kerumah dengan lesu, harapanya untuk bermain dengan teman sebayanya selalu sirna.

Tidak ada yg mengajaknya bermain karena menurut anak-anak lain artemis terlalu aneh, Ya Artemis gadis tomboy yg perawakannya terlalu seperti laki-laki. 

Dia hanya akan menjadi olok-an anak-anak lain membuat dia susah dekat siapapun. 

"Ar kok kamu sudah pulang? Kmu bru izin keluar 10menit yg lalu kan" tanya Karina Young, wanita yg tersenyum sembari mengelus rambut Artemis. 

"A.. Ahh cuaca diluar panas bu ternyata, aku akan dirumah saja

"Hemm apa masih tidak ada yg mau menemani kamu sayang?. Tpi jgn terlalu dipikirin ya, suatu hari pasti ada seseorang yg akan mengerti dan menerima diri kamu apa adanya

Artemis memeluk ibunya dengan erat, untuk saat ini bagi Artemis yg paling mengerti dia hanya ibunya. 

 Artemis sangat senang dengan hal-hal yg dianggap org lain adalah hal untuk kaum cowo. 

Dia sangat suka menonton film action, bermain bola, potongan rambut yg pendek, baju gombrong dan celana. Semua itu bukan masalah, tapi orang lain pada umumnya memang tidak suka perbedaan.

saat ayah Artemis masih ada, ayahnya lah yg menjadi panutan Artemis, semua hal yg dilakukan Artemis dulu itu banyak bersama ayahnya.

"Artemis, kalau kita pindah dan memulai kehidupan baru bagaimana menurutmu?" 

"T tapi bu, kenangan ayah ada disini semua" jawab Artemis agak kaget sambil menahan diri agar tidak menangis.

"Ibu tau Ar, tapi kita ga akan bisa maju kalau hidup dalam kenangan terus.

Ayah akan selalu ada disini" jelas ibunya dengan menunjuk dada Artemis

"Bukan ada dimana ayah, tpi dia akan selalu mengikutimu dimanapun kamu, selama kamu selalu menyimpanya dalam hatimu" 

Artemis mengangguk tanda setuju keibunya.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

ㅤㅤ

 Hari yg sudah ditunggu-tunggu Artemis tiba, dia berfikir mungkin memang lebih baik mereka pindah.

Dia berharap dia akan mendapatkan teman baru yg lebih baik disana. 

"Hey Artemis!! Wah kau pindah? Tidak seru deh, ga ada lagi cewe aneh diantara kita" tegur Rusle Anthony, salah satu anak yg paling sering menjaili Artemis. 

 Artemis yg sedang mengangkati barang-barang kemobil pun mengeryitkan dahinya menahan kesal atas perkataan Rusle, dia tidak ingin ambil pusing dan berusaha mengabaikan. 

"Coba kamu panjangkan rambutmu, rawat badanmu biar putihan dan pakailah rok! Pasti akan ada yg mau menemanimu" 

"Ups kalau Artemis sih terlalu aneh untuk pakai rok! wahahaha" saut anak lainya.

"Wkwkwkwk kau benar, hoi Ar ikuti saranku deh siapa tau ayah kamu kembali" ejek Rusle sambil tertawa terbahak-bahak. 

 Artemis merasa ini terlalu berlebihan, dia sudah ga tahan lagi. Membawa-bawa ayahnya itu berarti mencari mati!. 

Dengan cepat dia menjatuhkan barangnya dan berlari menubruk Rusle.

Rusle kaget tidak menyangka kalau Artemis seberani itu, mereka saling pukul sampai guling-gulingan sedangkan anak-anak lain menonton dan ada yg melapor ke Karina. 

"MULUT BESAR DAN BADAN BESARMU ITU SANGAT COCOK YA RUSLE, BERANI nya KAMU BAWA- BAWA AYAH KU!!?

Artemis mengamuk sembari menjambak Rusle.

"Hey! Hey! Aku cuma bercanda, kau sangat berlebihan. Badan ku lebih besar harusnya kau takut! Akhh!! Huaa TOLONGG" isak Rusle yg kesakitan karna perlakuan Artemis. 

Karina yg baru datang kaget melihat Artemis dan Rusle, dengan sigap memisahkan mereka berdua. 

 Artemis tidak menyesalinya, dari dulu dia merasa Rusle berhak mendapatkanya biar dia sadar. 

Anak-anak lain juga tidak suka padanya karna dia gendut dan sombong, tapi dia anak orang kaya dan sering bawa jajanan banyak tentu anak-anak lain terhasut. 

 Meninggalkan rumahnya, untuk terakhir kali Artemis menatap kerumah sumber kebahagiaanya dulu itu dengan sedih.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

ㅤㅤㅤ ㅤ....ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

 Hidup dikota dengan banyak kebisingan, di desa terasa sangat sejuk dan baru bagi Artemis.

Ya mereka pindah kesebuah desa terpencil, kampung dari Karina.

"Wahh bu.. Rumah-rumah disini sedikit skali ya, tapi udaranya sangat sejuk. Lihat disana banyak kambing! Siapa yg punya bu?" celoteh Artemis dengan terkagum melihat-lihat pemandangan disekitar rumah mungil mreka.

 Disekitar rumah mereka ada tanah lapang yg luas, pohon-pohon yg rimbun serta pegunungan dibelakangnya.

Hanya satu rumah tetangga terdekat yg ada tepat didepan rumah mereka. 

"Kamu suka? Disini warganya masing-masing punya ternak dan kebun Ar, nanti apa kamu mau berkebun juga sama ibu?" 

"MAU MAU BU! Aku rasa aku sangat menyukai disini, ini cocok untuk ku bu"

Jawab Artemis semangat dan melontarkan senyum pada ibunya. 

 Matahari sudah meninggalkan tempatnya. tidak seperti dikota yg tetap ramai walau malam hari, di desa sangat lah sunyi hanya menyisahkan jangkrik yg bernyanyi. 

"Nah Artemis tidur lah, semua akan baru esok hari" kecup Karina kepada Artemis dan meninggalkan kamarnya.

Artemis berusaha untuk tidur, sulit baginya terlelap di tempat yg asing.

Artemis mencoba menyanyikan lullaby yg biasa ayahnya nyanyikan untuknya dulu sampai ia tertidur sendiri.

  

ㅤㅤ

ㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤ "ARTEMIS... AR....." 

Teriak Karina yg membangunkan Artemis, ia langsung turun dari ranjangnya dan mencari arah suara tsb namun Artemis tidak menemukan ibunya di dalam rumah. 

"ARTEMIS... DILUAR

Artemis melangkah keluar, dia melihat ibunya yg sedang memegang sekop dan baju yg belepotan tanah, namun dia tidak sendiri.

Ada seorang wanita seumuran Karina berada disampingnya sedang menggali tanah. 

"Ibu sedang apa??

"Tidur mu terlihat nyenyak sekali sayang, kemarilah ibu akan mengajarimu menanam" 

"Ohh halo! Jdi ini yg namanya Artemis, dia sangat tampan ya" puji wanita asing tsb sambil brhenti melakukan apa yg sedang dia kerjakan. 

"Oh Margo.. dia perempuan" jelas Karina tersenyum ke wanita disebelahnya itu, karina mengerti Margo hanya salah paham. 

Margo sedikit tercengang "Yaampun maafkan aku, kalau begitu dia terlihat cantik! Dia memiliki mata yg sama dengan mu Karina

"Ar, ini tante Margo dia tetangga kita didepan.

Nah ini sekop mu, bantu ibu dan tante Morgan menanam bibitnya ya" 

Artemis mengangguk dan mengambil sekop dari ibunya tsb. 

Artemis menanamnya dengan hati-hati dan telaten, dia berfikir ini sesuatu yg seru karna slama ini tidak banyak yg dia lakukan setelah ayahnya tidak ada. 

"Oia Artemis, tante punya anak seumuran kamu loh kamu tidak akan kesepian disini.

Tapi dia lagi pergi kekota dengan ayahnya, kau akan lihat dia sangat tampan" canda Margo yg membuat Karina tertawa. 

Perasaan Artemis campur aduk, antara senang atau tidak. Dia hanya takut kalo tidak ada anak lain yg akan menerimanya. 

Tapi untuk saat ini dia akan menikmati setiap waktu dengan ibunya tanpa memikirkan hal lain.

 

ㅤㅤ

ㅤㅤ "Wah sudah sore, waktu tidak terasa jika kita melakukan sesuatu ya Artemis" 

"Iyah bu, aku merasa lelah tapi itu sangat menyenangkan! Aku tidak sabar saat mreka tumbuh nanti" ucap Artemis ceria membuat Karina bgitu bahagia melihat senyumnya. 

Usap Karina pada rambut Artemis "kalau gtuh segeralah mandi Ar, ibu akan menyiapkan makan malam."

"Siap bu, aku akan membereskan smua ini dulu" 

 Baru Artemis ingin kembali kerumahnya, suara isak terdengar dri suatu tempat. 

"Iinggg inngg...." 

Artemis mencoba mencari asal suaranya yg brasal dri samping rumah dekat pepohonan. 

"Oh yaampun! Kau tidak apa-apa?

Seekor anjing puddle putih kecil terjebak diantara kawat, kakinya terlilit dri bagian kawat tsb. 

"Bagaimana ini duhh" Artemis mencoba utk melepaskan kawat tsb namun kawatnya terlalu kuat, saat Artemis menariknya kawat itu malah melukai jari Artemis juga. "Auchh!!" 

"Hey kau tidak apa???

Artemis kaget dan menoleh kebelakang, dia melihat anak cowo tapi lebih pendek darinya, dengan rambut hitam dan mata berwarna huzel dia terlihat manis dimata Artemis. 

"Biar aku yg melepaskanya, kau hati-hati lah" ucapnya sambil menggantikan Artemis melepaskan anjing itu, dia menggunakan kain agar tanganya tidak berakhir seperti Artemis.

Artemis tidak mengucapkan sepatah katapun hanya menurutinya saja. 

Lihat selengkapnya