.
.
.
Tiap hari Artemis duduk diteras rumahnya, menatap kearah rumah Wallis mengharapkan dia akan keluar mengajaknya main lagi.
apa dia sudah tau tentangku? Dan dia jadi ilfil kah/? tanya Artemis dalam batinnya.
Artemis merasa semua orang merahasiakan sesuatu darinya, bahkan ibunya juga.
Hari itu saat angin berderu dengan hujan lebatnya. Artemis yg sedang duduk dekat jendela kamar, menatap sendunya langit luar.
Artemis kaget dengan apa yg dia lihat, Wallis didepan rumahnya basah kuyup dan melambaikan tangan.
Artemis pun bergegas keluar dengan membawa payung bersamanya.
"Apa yg kamu lakukan Wall, hujan sangat lebat" teriak Artemis karena suaranya kalah dengan berisiknya hujan, ia ikut memayungi Wallis didepanya.
Ternyata Wallis sedang memegang Summer anjing puddlenya itu, dan memberikan ke Artemis.
Artemis langsung menggendong anjing tsb.
"Ada apa dengan Summer? Hey kamu masuklah dulu Wall"
Tidak menuruti apa yg Artemis pinta, Wallis mundur pelan sambil mengatakan beberapa kata yg tidak terdengar oleh Artemis, yg dia tahu cuma 1 kata "maaf" dengan wajah sedihnya.
Wallis berlari ke arah mobil yg sudah ada ayahnya disana, dan mereka pergi. tanpa Artemis tau, itulah terakhir kalinya dia bertemu Wallis.
Tiap hari harapan Artemis pada kembalinya Wallis semakin menipis, Artemis sadar laki-laki pendek bermata huzel itu tidak akan pernah menemuinya lagi.
Artemis berusaha mengingat kata-kata terakhirnya tapi ia tidak tau apa yg dikatakan Wallis.
Satu-satunya yg tersisah dari Wallis hanya anjingnya, Summer yg sekarang jadi keluarga Artemis.
" Summer, aku tau yg kamu rasakan. kita ditinggalkan oleh org yg sama, jadi mari saling menghibur ya"
Artemis memeluk Summer dan berjanji tidak akan meninggalkanya.
Summer yg tidak mengerti apa-apa hanya menjulurkan lidahnya dan menggerakan ekornya cepat seperti dia menyetujui prkataan Artemis.
....
Artemis yg sekarang sudah duduk di sekolah menengah masih tidak banyak berubah.
dia masih tidak memiliki banyak teman karena perawakannya yg tomboy.
"Ar!!!! aduh lagi-lagi"
teriak panik perempuan berambut pendek Hana Vallery, satu-satunya teman terdekat Artemis.
dia lagi-lagi harus mengelerai Artemis yg sedang berantem dengan anak laki-laki lain.
"sudah-sudah cukup! Ar nanti kamu kena point lagi!" Hana menarik Artemis dan memeluknya agar Artemis lebih tenang.
"Biarkan saja, kutu busuk kaya mereka ini memang harus diberi pelajaran!!" amarah Artemis yg meledak-ledak dan berusaha untuk menghajar Gerry Stain anak laki-laki yg sudah menggangunya itu.
Sampai sekarang Artemis memang masih jadi sasaran bulli temen-temen sekolahnya yg jahil, namun Artemis yg udah kebal sama perlakuan mereka tidak pernah takut dan selalu melawan balik.
....
"Haduh muka mu jadi kucel gini deh Ar, emang Gerry tuh parah bgt deh klakuanya" ucap Hana khawatir dan membersihkan luka-luka kecil Artemis.
"Hemm aku udh biasa gpp kok, makasih ya Han cuma kamu yg baik padaku" puji Artemis sembari memeluk Hana manja.
"Haha dasar!!, jika saja orang-orang tau kamu punya sisi manja gini pasti cowo-cowo pada nempel Ar"
"Huh aku tidak butuh cowolah, pacarlah atau apalah. mereka sama saja cuma liat orang dari fisik!" gerutu Artemis kesal karena selama ini cowo yg didekatnya tidak ada yg baik, hanya satu dipikiranya ya itu Wallis namun dia juga pergi.
Artemis sebelumnya tidak pernah memikirkan untuk berpacaran, baginya tidak pernah di anggap sbg perempuan membuat hatinya beku terhadap laki-laki.
Tapi seorang Aiden Curran berhasil mengambil perhatian Artemis ketika laki-laki yg memiliki alis tebal dan berkulit coklat itu membantu Artemis disaat ia kesulitan mngambil buku yg terletak tinggi di rak perpustakaan.
"nah kau butuh ini/?" tanya Aiden dengan buku ditanganya ditunjukan ke Artemis.
Artemis membatu sebentar dan mengambil buku yg diberikan Aiden, dia tau laki-laki itu.
Aiden, kakak kelas yg slalu jdi bahan gosipan anak-anak cewe dikelasnya.
Pakaianya yg asal-asalan lekas tidak menutupi wajahnya yg emang masuk katagori good looking.
"oh makasih kak" Artemis lekas pergi beranjak setelah mendapat bukunya, sebenarnya dia tidak mau banyak berurusan dengan laki-laki itu.
"okedeh, see u when i see u Artemis"
Artemis menghentikan jalannya, dan menoleh ke arah Aiden namun dia sudah pergi. Artemis bingung bagaimana seorang Aiden tau nama dari siswa biasa sepertinya.
Mulai dari hari itu setiap mereka berpapasan disekolah, Aiden selalu menyapa Artemis.
"Hai Ar.." sapanya sambil melontarkan senyum yg tidak bisa Artemis abaikan,
Artemis hanya membalas senyumnya.
itu saja yg tiap hari mereka lakukan, Artemis pun bingung apa maunya si Aiden.
"Ar ada apa kamu sama Ka Aiden?" tanya Hana yg selalu memperhatikan tingkah Aiden saat bertemu Artemis.
"tidak ada apa-apa Hana , ga mungkin jugalah ngaco kamutuh, udh jgn mikir aneh-aneh"
"bukan mikir aneh-aneh Ar, kan kalo kamu jadian sama seseorang aku yg seneng bisa dapet pj hehe.. " canda Hana meledek Artemis yg dia tau slama ini tidak pernah jatuh cinta pda siapapun.
"tapi ini aku beneranloh Ar, kalau ada laki-laki yg mendekatimu cobalah membuka hatimu, oke/?" lanjut hana sambil memberikan tanda ok.
"ya yaaaaa.. sudalah aku lapar ayo ke kantin" Artemis mengalihkan pembicaraan mereka berusaha untuk tidak terlalu mendengarkan Hana, tapi dia merasa perkataan Hana bisa jadi ada benarnya.
....
"Hai Bu.." sapa Artemis yg baru saja pulang dari sekolah, dan lekas kekulkas untuk mengambil segelas air.
"Oh kau sudah pulang Ar cepat sekali" balas karina yg sedang membuat kue untuk ulang tahun kekasihnya, Heri.
Beberapa bulan sejak kepindahan keluarga Wallis, rumah tsb sudah ditempati lagi oleh Heri Nosman, pria single jangkung dan terlihat tampan walau sudah berkepala 4 dengan kakaknya Paula Nosman.
Pada awalnya Artemis memang belum nerima jika Ibunya itu menyukai laki-laki lain selain ayahnya, tapi dia sadar bahwa ibunya juga butuh seseorang yg menjaga dan menyayanginya. Artemis juga slalu merasa sedih melihat ibunya yg kesepian karena dia lebih banyak ngabisin waktu disekolah.
Sosok Heri juga terlihat baik dimata Artemis, dia seorang pekerja keras yg membantu mebiayai kakaknya yg sakit, mungkin itu alasanya kenapa dia masih single diumurnya yg tidak lagi muda.
"Kalau gitu bisa bantu ibu belikan bahan-bahan masak ini Ar" tanya Karina sembari menujukan catatan belanja dan uang pada Artemis.
"Baiklah bu, aku akan ganti baju dulu" turut Artemis yg segera bersiap-siap mumpung waktu masih sore hari.
Artemis menggoes sepedanya menuju ke kota, jarak dari rumahnya ke kota lumayan jauh memakan waktu hampir 1 jam. tapi Artemis sudah biasa karena jika kesekolah pun dia harus seperti itu.
AlphaMarket satu-satunya supermarket terbesar di kota itu, Artemis sudah menyiapkan tas belanjanya sendiri membiasakan diri untuk tidak bergantung pada plastik.
"dimana kamu bumbu cabai" Artemis yg sudah keliling-liling namun sulit menemukan bumbu masak.
"hahhh sumpah tulisannya ada disini tapi barangnya ga ada" omel Artemis yg sudah cape mencari-cari dan akhirnya dia berinisiatif untuk nanya pada karyawan disitu.
"kau mencari ini??" ucap seseorang dari belakang Artemis yg menunjukan bumbu cabai yg dia cari.
Artemis tersentak saat dia tau orang itu
"Aiden..? eh maksud ku Ka Aiden!!"